Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelarangan Wayang dalam Pandangan Saya yang Bukan Jawa

24 Januari 2017   04:12 Diperbarui: 24 Januari 2017   04:26 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Pertama kita tahu bahwa cerita wayang atau wayang itu sendiri sudah ada di Nusantara ini sebelum masuknya Islam dan sangat dekat dengan  kebudayaan Hindu.Apakah sekarang ini sudah menguat pemahaman terutama oleh gerakan puritanisme Islam yang menolak kebudayaan yang tidak bernafaskan Islam.Kalaulah pendapat ini yang muncul maka bagaimana kebudayaan atau kesenian suku suku yang ada di negeri ini yang sudah hidup dan berkembang sebelum datangnya Islam.Kalau dicermati banyak elemen budaya yang kita miliki pada awalnya bersumber dari budaya leluhur bahkan dipengaruhi oleh kepercayaan yang diyakini nenek moyang kita sebelum masuknya agama tauhid.Berbagai tata cara perkawinan seperti di suku Mandailing seperti " mangupa" ,pemberian makanan adat kepada pengantin yang sarat dengan nasehat nasehat tidak dapat dipungkiri berasal dari kepercayaan nenek  moyang.Apakah tata cara yang demikian menjadi dilarang?.Dalam kepercayaan agama nenek moyang memang makanan adat tersebut yang terdiri dari ayam,nasi,garam,udang dan telor memang dianggap punya " daya" atau kekuatan " magis" dan hal ini bisa dianggap syirik atau menduakan Tuhan.Tapi dalam perkembangannya sesudah disesuaikan dengan aqidah Islam muncul reinterpretasi bahwa makanan adat tersebut hanya sebatas makanan biasa yang tidak punya " daya' atau kekuatan yang bersifat magis.


Kedua, selama ini dikalangan Muslim tradisional khususnya warga NU diyakini bahwa wayang salah satu medium dakwah yang digunakan Wali Songo untuk mengislamkan masyarakat di Jawa.Apakah dengan adanya penolakan terhadap wayang kulit berarti ingin memutus pendapat yang mengatakan wayang pernah digunakan sebagai medium dakwah oleh Wali Songo.


Ketiga,Nahdlatul Ulama sebagai ormas Islam terbesar di negeri ini yang oleh para pengamat dikategorikan sebagai Islam tradisional dalam 3 tahun belakangan ini sangat intens mengusung thema "Islam Nusantara". Ketua Umum PB NU Said Aqil Siraj dalam berbagai kesempatan telah menjelaskan tentang Islam Nusantara yaitu kemampuan pemeluk Islam di negeri ini untuk berdialog dan kemudian ber alkulturasi dengan budaya budaya lokal serta memanfaatkan kearifan lokal (local wisdom) untuk pengembangan Islam.Berkaitan dengan spanduk yang dipasang dibeberapa tempat apakah juga bermaksud untuk mendegradasi pemahaman Islam Nusantara nya NU.


Keempat,kemungkinan untuk membenturkan Islam Puritan dengan Islam Tradisional.Islam Tradisional adalah pemeluk Islam yang akrab dengan budaya dimana ia hidup sementara Islam Puritan yang ingin memisahkan Islam dengan budaya yang menurut anggapannya bertentangan dengan nilai nilai Islam.


Kelima,kemungkinan spanduk tersebut dipasang oleh orang atau kelompok yang belum jelas bagi kita maksud dan tujuannya.
Demikianlah pandangan saya anak bangsa yang bukan Jawa memandang arti spanduk yang terpasang dan sekali lagi mohon maaf apabila ada kesalahan saya dalam memaknai wayang termasuk wayang kulit.
Salam Kebudayaan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun