Mohon tunggu...
Mararti Mararti
Mararti Mararti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Perempuan

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Bully di Sekolah Sebagai Ajang Penguatan Mental

6 Mei 2021   13:32 Diperbarui: 6 Mei 2021   13:37 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tahun 2013 adalah tahun saat saya mulai menempuh pendidikan menengah pertama disebuah SMPN yang terdapat dipelosok Kalimantan Barat. Saya tidak perlu menyebutkan nama daerah tersebut karena saya rasa itu tidak terlalu penting yang penting  pesan yang saya sampaikan.

Saya mulai dengan diadakannya proses penerimaan siswa baru waktu itu disebut dengan  Masa Orientasi Sekolah (MOS)  saya sebagai salah satu peserta didik baru yang mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan oleh beberapa kakak tingkat, dan saya juga diminta untuk melakukan beberapa hal yang mempermalukan diri saya sendiri seperti menyatakan cinta pada seorang cowok  yang mana dia adalah salah satu kakak tingkat saya yang dipilih secara acak oleh osis sebagai panitia MOS. Tentu saja saya menolak dengan keras permintaan mereka. Tetapi bukan peristiwa MOS itu yang menjadikan titik balik dalam hidup saya melainkan sebuah peristiwa saat hari - hari menempuh pendidikan di sekolah tersebut.

Pada tahun pertama saya masuk kelas 7  saya menjalani hari - hari  yang lumayan baik berkenalan dengan orang baru  dan berusaha menjalin hubungan yang baik dengan teman sebaya. Hari berganti hari saya lalui dengan perasaan yang bercampur aduk terkadang saya merasa sangat senang ketika sesuatu berjalan sesuai harapan tetapi saya juga bisa merasa sangat sedih ketika ada beberapa teman yang iseng melontarkan ejekan pada saya. Peristiwa bersejarah dalam hidup saya yang saya rasa hingga saat inipun belum bisa saya lupakan adalah peristiwa dimana saya mulai dibenci 1 kelas.

Bermula dari seorang wanita yang suka sekali mengejek saya dengan kalimat - kalimat yang terkesan menghina. Saya mulai sakit hati saat itu. kemudian saya mencari informasi soal wanita itu kepada beberapa orang hingga pada akhirnya saya mendapatkan informasi yang  sangat privasi mengenai wanita tersebut, dengan polosnya saya menyebarluaskan informasi tersebut  pada teman - teman  di  sekolah. 

Ketika wanita itu tahu bahwa privasinya terbongkar, saya pun  mulai diserang oleh teman - temannya, pada mulanya serangan yang mereka berikan sebatas serangan verbal seperti fitnah, ejekan, dan jadi bahan tertawaan yang tentu saja  hal itu sangat menyakitkan. Namun saya masih kuat menghadapi serangan verbal itu walaupun itu sedikit membuat saya frustasi tetapi alhamdulillahnya  prestasi akademik saya selalu diatas mereka.

Hari berganti hari dengan serangan - serangan verbal yang semakin kuat dan menggila. Masih jelas terbayang dibenak saya disuatu siang hari yang cerah ketika sedang diadakannya kerja bakti dan semua kegiatan brlajar mengajar diliburkan seorang wanita  dengan santaynya memukul saya dengan sebatang penyapu. Dia melukai tangan dan punggung saya disertai dengan serangan verbal yang menggema. Saya tersulut emosi dan memutuskan untuk membalas perlakuan wanita itu. Saya mengejarnya hingga keluar kelas kemudian dengan keras memukul punggung wanita itu saya benar - benar marah. Singkat cerita  teman - teman yang lain datang menghampiri saya lalu ada beberapa yang menjambak rambut saya dengan kasarnya ditambah pelecehan secara verbal yang sangat tidak wajar. Pada akhirnya saya dan beberapa orang lainnya diadili didepan teman - teman sekelas oleh wali kelas kami. Pundak saya ditampar oleh wali kelasbegitu juga dengan beberapa orang yang melakukan pelecehan pada saya. Kami diceramahi dan diberi masukan oleh wali kelas.

Hingga saya kelas 11. Saya sangat teringat ketika itu hari Kamis pada jam kosong dan hanya ditinggal sebuah penugasan mata pelajaran. Kami semua menggunakan seragam batik dengan rok hitam.  Siang itu matahari menyengat begitu terik. Saya tidak keluar kelas karena panas. Suasana kelas saat itu sangat tidak mengenakan yang mana lagi - lagi saya menjadi korban bully 1 kelas. Bermula dari seorang wanita sebut saja Sasa yang sangat senang menjadikan saya bahan ejekan dan bahan hinaan. Dialah yang membuka tragedi pada siang itu. Saya tidak menangis  karena serangan verbal dari Sasa. Tidak hanya serangan verbal tetapi beberapa laki-laki yang sedang gabut secara sengaja memukul kepala saya dengan lembing yang mana lembing tersebut merupakan tugas mata pelajaran olahraga yang digunakan untuk pengambilan nilai akhir lempar lembing.  Beberapa detik setelah kepala saya dipukul lembing saya merasa sedikit pusing dan ingin nangis. Terlihat beberapa orang yang asik bermain tipx termasuk Sasa dan komplotannya. Saya tidak menghiraukan mereka kemudian saya berjalan keluar kelas menuju kamar mandi.

Sesampainya dikamar mandi saya menangis dan mengusapkan air pada wajah saya . Tiba - tiba pintu kamar mandi terkunci yang  mana orang yang mengunci pintu kamar mandi itu adalah salah satu komplotannya Sasa. Saya berteriak meminta tolong dengan keras. Tetapi tetap tidak ada yang menolong. Hingga  5- 10 menit saya berteriak akhirnya dibukakan oleh seorang wanita yang saya sebut saja Sarah. Saya mengucapkan trimakasi pada Sarah. Saya tau bahwa Sarah juga orang yang mengunci saya di kamar mandi tadi tetapi saya tidak mempedulikan hal itu. Setelah itu saya kembali ke ruangan kelas. Suasana yang sebelumnya gaduh ketika kedatangan saya mendadak diam dan berusaha tenang seolah  semua orang menantikan kemenangannya. Saya tidak peduli dengan itu. Lalu saya duduk dibangku saya dan 1 kelas bertepuk tangan dengan sangat riang gembira bersorak kegirangan dengan penuh suka cita. Saya yang terdiam hanya bisa membisu menyaksikan keasikan mereka beberapa menit itu. Saya yang merasa agak aneh dengan kejadian itu memutuskan untuk berdiri dari kursi. Terasa sedikit lengket saat saya berdiri dan ternyata penyebab lengketnya kursi itu pada rok saya adalah tipx yang memenuhi tempat duduk itu. Seketika saat itu saya mengamuk dengan amarah yang menjadi- jadi tangisan saya sampai terdengar keruang kelas lain. Saya juga memporak porandakan kelas itu dengan menumbangkan semua kursi, meja dan tas miliki orang - orang yang membully saya. Saya sangat - sangat marah, sangat - sangat kesal berserta sedih yang sudah sangat memuncak. Melihat kondisi rok saya yang hancur dan penuh tipx. Tangisan saya tidak bisa berhenti.

Hingga datanglah seorang guru perempuan sebut saja bu Ani yang mana dia sedang mengajar di kelas sebelah merasa terganggu dengan kegaduhan yang saya buat. Wajahnya sangat kesal melihat saya. Dengan  wajah yang dipenuhi derai air mata saya bercerita semua yang mereka lakukan pada beliau. Kemudian sayabliat wajah beliau yang sebelumnya sangar dan siap memangsa saya berubah menjadi penuh kasih. Beliau merangkul saya dan memperhatikan  bekas tipx pada rok saya. Kemudian dengan tegas beliau memanggil orang - orang yang beliau rasa membully saya. Sasa dan komplotannya dipanggil kedepam mereka berjumlah 8 orang. Saya digandeng Bu Ani  beserta 8 orang tersangka yang membully saya dibawa keruang guru. Bu Ani meneteskan air mata dengan pilu  dan beliau menceritakan kejadian yang saya alamai  pada guru lainnya. Seorang guru yang sudah tua menghampiri saya kemudian dia mendudukan saya disampingnya kemudian merangkul saya didepan saya juga ada 8 orang tersangka yang membully saya. Wali kelas kami tampak sangat malu dengan kejadian itu beliau menangis dan memukul semua orang yang membully saya.  Suasana ruang guru yang dipenuhi derai air mata baik dari saya maupun orang - orang yang membully saya.

Singkat cerita semua guru meminta orang tua anak yang membully saya untuk datang ke sekolah pada hari esok. Termasuk juga orang tua saya. Saya sangat sedih dan sangat kesal air mata yang tidak berhenti keluar dari kedua kelopak mata ini yang menyebabkan terasa sangat lembab dan basah. Saya pulang sekolah dengan perasaan sangat sedih dan terluka. Ketika sampainya dirumah saya bertemu dengan bapak yang mana beliau seperti biasa sedang rebahasan saat istirahat siang. Hari itu saya menceritakan semua pada beliau. Beliau tampak kaget dan syok ditambah saya tunjukan pula bekas tipx yang melekat pada rok saya.

Beliau dengan sedikit  sedih menceramahi saya. Kemudian terdengar suara ketokan pintu yang mana ternyata ada 2 orang   ibu dan anak  meminta izin untuk masuk. Bapak saya langsung bergegas menuju kamar mandi dan almarhum ibu saya yang menerima kedatangan beliau. Saya sangat  mengenal anak gadis dan ibu itu yang mana anak gadis tersebut panggil saja Siska merupakan salah satu komplotan Sasa. Mereka berunding untuk bernegosiasi dengan orang tua saya. Tetapi orang tua saya menolak negosiasi itu dan berusaha untuk mengalihkan persoalan tersebut di  sekolah saja ketika besok diundang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun