Mohon tunggu...
Marahalim Siagian
Marahalim Siagian Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan-sosial and forest protection specialist

Homo Sapiens

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Dari Zona Merah ke Zona Merah, Rumitnya Melakukan Perjalanan pada Masa Pandemi

3 September 2020   02:05 Diperbarui: 24 September 2020   09:51 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bandara Djalaludin Gorontalo (Gambar: Marahalim Siagian)

Demikian halnya di toilet. Tempat urinoir bagi laki-laki juga tidak bisa digunakan seluruhnya. Jadi, ada urinoir yang sengaja dimatikan agar orang yang membuang hajat disitu tidak bisa, sekaligus memberi jarak satu dengan lainnya.

Penerapan protokol kesehatan di toilet (Gambar: Marahalim Siagian)
Penerapan protokol kesehatan di toilet (Gambar: Marahalim Siagian)
Bagi saya, hal itu adalah pengalaman baru. Selain baru, juga mengundang untuk berpikir. Tepatnya, berefleksi. Covid-19 ini telah membuat orang menjadi 'melar'. 

Melar maksudnya, jika seluruh penduduk Pulau Jawa harus beraktivitas dengan jarak 2 meter, mungkin tidak cukup daratan pulau ini untuk menampung semua populasinya. Bayangkan saja, kursi panjang 6 meter hanya bisa dipakai oleh 2 orang saja. Biasanya kursi panjang itu bisa dipakai oleh 5 bahkan 6 orang.

Catatan penutup

Beberapa analis ekonomi mengatakan bahwa kita sudah masuk fase krisis ekonomi. Pertumbuhan ekonomi kita disebut minus  5.5 persen. Namun, Indonesia bukan yang terburuk di Dunia karena ada negara yang minusnya lebih dalam yakni, minus  12 persen. 

Informasi ini saya peroleh saat menonton wawancara Rossiana Silalahi di Kompas TV dengan narasumber Eric Thohir selaku Menteri BUMN, Ketua Tim Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekononomi Nasional disandingkan dengan Rektor Universitas Indonesia, beberapa waktu yang lalu.

Sekedar untuk memahamkan angka-angka itu bagi diri sendiri, saya coba mengamati, melakukan wawancara bebas, sambil lalu, selama dalam perjalanan dari Gorontalo ke Jawa Timur.

Maskapai penerbangan sepi penumpang selama pandemi covid-19 (Gambar: Marahalim Siagian)
Maskapai penerbangan sepi penumpang selama pandemi covid-19 (Gambar: Marahalim Siagian)
Dari pengamatan, pandemi Covid-19 ini membuat jumlah penumpang jauh menyusut. Penerbangan saya menggunakan Citilink dari Gorontalo ke Ujungpandang jumlah penumpang (saya hitung) hanya 20 orang---sepi tempat duduk. 

Penerbangan dari Ujungpandang ke Surabaya dengan maskapai yang sama, jumlah penumpang hanya 22 orang. Dalam kondisi normal jumlah penumpang bisa mencapai 150-170 orang. 

Saat kembali dari Surabaya ke Gorontalo, saya memakai maskapai penerbangan lie on air ( maksudnya, LionAir), jumlah penumpangnya sedikit lebih banyak, namun hanya separoh dari kapasitas kursi yang tersedia.

Hasil dari tanya-tanya, taksi-taksi bandara biasanya bisa dapat 30 orang penumpang setiap hari, sekarang bisa hanya 6 penumpang saja.

Hal itu korelasional dengan jumlah penumpang yang turun dari pesawat yang membutuhkan jasa transportasi untuk pulang ke rumah atau melanjutkan perjalanan darat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun