Mohon tunggu...
Marahalim Siagian
Marahalim Siagian Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan-sosial and forest protection specialist

Homo Sapiens

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Deja Vu, Konfrontasi di Muara Sungai Barito

4 Agustus 2020   22:39 Diperbarui: 6 Agustus 2020   03:09 1143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kayu galam salah satu hasil hutan kayu yang dipanen dengan metode suksesi alami (Gambar Marahalim Siagian)

Ini tidak segampang membuat rekomendasi: "layak dibeli' atau "tidak layak dibeli". Dasarnya apa? Harus jelas.

Selain pertimbangan betapa beratnyaa masalah 'teritorial' perusahaan ini jika dibeli, laporan dan rekomendasi saya juga mecantumkan faktor 'Nasrullah'.

Areal perkebunan dokumentasi tahun 2010 (Gambar Marahalim Siagian)
Areal perkebunan dokumentasi tahun 2010 (Gambar Marahalim Siagian)
Masalah teritorial di maksud adalah konflik sosial akan timbul karena areal pengembalaan kerbau rawa akan hilang, sumur-sumur jebakan ikan akan ditutup dan jumlahnya ada ratusan. 

Pendapatan dari kayu galam yang dipanen dengan cara suksesi alami pasti akan ditebang karena membangun perkebunan sawit perlu dilakukan landclearing terlebih dahulu.

Nursery sawit milik perusahaan, kondisi bibit sudah siap tanam (Gambar: Marahalim Siagian)
Nursery sawit milik perusahaan, kondisi bibit sudah siap tanam (Gambar: Marahalim Siagian)
Purun, jenis rumput yang tumbuh subur di lahan basah juga akan hilang. Purun memang tidak memberikan banyak uang, tetapi sebagai kegiatan produktif kaum perempuan di mana rumput itu mereka olah menjadi anyaman tikar yang cantik.

Hasilnya menjadi sumber uang tunai mingguan yang rutin serta selalu habis terjual karena diserap oleh pasar di Kota Banjarmasin untuk pasar oleh-oleh maupun untuk penggunaan pribadi. 

Kegiatan pertanian memang tidak tampak menyolok namun lahan di sepanjang aliran sungai adalah tanah aluvial yang menghasilkan banyak sayur mayur tanpa perlu menambah banyak pupuk.   

Orang Bakumpai memanfaatkan banyak sumberdaya alam di ekosistem rawa itu, baik untuk tujuan pemenuhan hidup sehari-hari maupun hasil (mata pencaharian) yang berorientasi ke pasar. 

Status kawasan ini adalah areal penggunaan lain (APL) dengan tutupan hutan sekunder dan padang rumput. Lahan-lahan seperti ini jika dilihat menggunakan kacamata "pembangunan" dianggap tidak produktif, lahan tidur, dan sebagainya.

slah satu gambat sumur jebakan ikan dan bentang lahan kawasan penghidupan Orang Bakumpai (Dokpri)
slah satu gambat sumur jebakan ikan dan bentang lahan kawasan penghidupan Orang Bakumpai (Dokpri)
Syukur perusahaan itu tidak jadi dibeli, namun perusahaan itu jatuh ke tangan pembeli lain.

Buku ini mengulas konfrontasi orang Dayak Bakumpai dengan perusahaan perkebunan di zona livelihood (areal penghidupan) mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun