Mohon tunggu...
Marahalim Siagian
Marahalim Siagian Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan-sosial and forest protection specialist

Homo Sapiens

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kacang Mete, Kurang Terlihat Ternyata Banyak

6 Februari 2020   23:57 Diperbarui: 10 Februari 2020   15:19 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat lihat kacang mete, teringat enaknya mengunyah coklat silverqueen isinya kacang mete.

Jambu mete yang ditanam dalam satu hamparan agak jarang terlihat di sejumlah desa yang pernah dikunjungi di Kabupaten Pohuwato. Kalau melihat pohonnya cukup sering.

Meperhatikan komoditi yang ditanam masyarakat bagi saya penting karena berhubungan dengan kesesuaian tata guna lahan di suatu desa atau di bentang lahan. 

Beberapa tahun sebelumnya, saya pernah bertanya kepada seorang petani di Dengilo, salah satu kecamatan di Kabupaten Pohuwato, tentang jambu mete yang tumbuh subur di pekarangannya. Ada sekitar 6-7 pohon dalam jarak yang cukup berdekatan. 

Menurutnya, penduduk di Kecamatan Dengilo pernah tertarik menanam jambu mete dan sempat banyak. Penduduk tertarik menanam karena saat itu harganya cukup tinggi yakni, 70 ribu per kilogram di tingkat desa setelah bijinya dikupas. 

Hanya beberapa musim panen, penduduk kemudian menebangi pohon jambu mete itu padahal mereka sudah pelihara bertahun-tahun, serta rata-rata sudah usia produktif. Alasanya, harganya turun serta berlangsung cukup lama. 

Sejak wawancara singkat dengan petani di Dengilo itu, komidi pertanian ini tidak begitu menjadi perhatian saya lagi. Namun masih sering melihat pohon jambu mete yang ditanam di tepi jalan, sepeti pada ruas jalan Randangan-Taluditi.

Pohon jambu mete yang ditanam di pinggir jalan itu juga sudah produktif, namun sepertinya kurang diperdulikan oleh pemiliknya. Petugas PLN bahkan memangkasi cabang-cabangnya karena menyentuh kabel listrik. Buahnya berjatuhan ke tanah lalu membusuk begitu saja.

Kurang terlihat ternyata banyak

Rabu, 5 Februari 2020 saya memperhatian dua orang laki sedang asyik menyortir biji jambu mete, seorang lagi sedang menjemur biji jambu mete di halaman warga, persis di depan gudang tempat dua laki-laki itu menyortasi biji-biji jambu mete.

Pemilik usaha itu bernama Mulyadi usianya sekitar 48 tahun, berdomisi di Desa Teratai Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato Propinsi Gorontalo.

Menyorir biji kacang mete (Dokpri)
Menyorir biji kacang mete (Dokpri)
Setelah berbasi-basi, saya mencoba menggali informasi tentang komoditi ini. Saya tertarik karena sempat menduga bahwa jambu mete komoditi pertanian yang tidak signifikan di Kabupaten Pohuwato. Namun, dari hasil wawancara ternyata saya keliru.

Pak Mulyadi sudah menekuni bisnis kacang mete selama 4 tahun. Dari wawancara, diperoleh gambaran bahwa kacang mete mengalami masa panen raya atau peak crop sekali dalam setahun, namun ada juga masa panen selanya dengan hasil panen yang tidak terlalu banyak.

Dalam masa panen raya, Pak Mulyadi dapat menampung hingga 8 ton per minggu. Saya kaget sempat kaget sampai-sampai menanyakan soal angka 8 ton itu dua kali. 

Pohon jambu mete ditanam di pinggir jalan (Dokpri)
Pohon jambu mete ditanam di pinggir jalan (Dokpri)
Pada masa panen raya, menurutnya, durasi panen jambu mete berlangsung tiga bulan berturut-turut. dengan demikian, dalam setahun Pak Mulyadi menampung sekitar 32 ton di sekitar Marisa saja dari petani.

Beliau juga menginformasikan bahwa dia bukanlah toke penampung yang terbesar di Kabupaten Pohuwato, melainkan dua toke penampunlainnya yang ada di Popayato --masih di Kabupaten Pohuwato. 

Tiga toke penampung ini memasarkanya kacang mete itu ke Kota Palu dan atau Kota Makassar. Jika ke Kota Makassar, selisih harganya disebutkan tidak banyak, sehingga lebih sering mereka jual ke Kota Palu, hal lain karena lebih dekat.

Kacang mete biasanya dipasarkan dalam kondisi kering serta telah tersortir. Grade kacang mete yang dipasarkan terdiri atas dua, kualitas super dan biasa. Kualitas super artinya biji-biji yang paling besar serta kondisi fisiknya bagus. Grade biasa adalah semua sisa dari yang tidak masuk ke dalam grade super.

Harga beli dari petani untuk jenis kacang mete yang belum tersortir Rp 10.000 per kilogram, jika barang yang diterima dari petani sudah dalam kondisi tersortir, harganya naik sedikit yakni Rp 12.000 per kilogram.

Saya memperhatikan karung-karung yang ada di gudang, kacang mete yang sudah kering dan masih setengah kering dipisahkan. Harga belinya Rp 10.000 perkilo karena Pak Mulyadi masih menjemurnya 1-2 hari agar benar-benar kering.

Soal harga jual di Palu, Pak Mulyadi tidak mau terbuka. Namun diperoleh keterangan bahwa nilai transaksi kacang mete Pak Mulyadi Rp 320 juta pertahun. Sejatinya angka itu berasal hanya 3 bulan di masa panen raya yang berlangsung sekali setahun. 

Biji jambu yang sudah disortir dan sedang dikemas setelah dijemur (Dokpri)
Biji jambu yang sudah disortir dan sedang dikemas setelah dijemur (Dokpri)
Perbandingan di kawasan
Sulawesi Tenggara adalah salah satu sentra penghasil kacang mete. Di Kendari harga mete gelondongan senilai Rp 20.000/ kilogram. Jika sudah dipisah dari cangkangnya harganya menjadi rata-rata Rp 95.000/kg dan setelah digoreng harganya naik menjadi Rp 137.000/kg (dikutip dari detik.com).

Mercermati aspek pertambahan nilai jual komoditi ini, petani bisa menaikan harganya jika mau melakukan pengolahan pasca panen yakni mengupas dan menggorengnya. 

Dalam kondisi kacang mete sudah dikupas dan digoreng, petani bisa mendapat kenaikan harga yang luar biasa, dalam kasus ini dari Rp 20.000 menjadi Rp. 137 ribu per kilogramnya.

Menurut Edi Mulyono (2007) peneliti di Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian RI, menyebutkan bahwa produk utama tanaman jambu mete bukan hanya kacang mete, produk sampingnya berupa buah semu dan cairan kulit biji mete yang dikenal dengan CNSL (Cashew Nut Shell Liquid). Rendamen kulit mete terhadap gelondong berkisar 45--50%, sedangkan rendemen CNSL terhadap kulit mete berkisar 18--23%tergantung metode ekstraksi yang digunakan.***

Rerefensi

  1. Edy Mulyono, Teknologi Pengolahan Mete, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Badan Penelitian Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian RI, 2007.
  2. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3146974/melongok-bisnis-kacang-mete-beromzet-rp-200-juta-bulan-di-kendari).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun