Mohon tunggu...
Taufiqi Pramono
Taufiqi Pramono Mohon Tunggu... wiraswasta -

twitter.com/taufiqipram

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Surat Terbuka untuk Zuhairi Misrawi

20 Oktober 2015   14:27 Diperbarui: 20 Oktober 2015   14:39 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Prolog

Beberapa hari terakhir ini saya merasa ada yang kurang kalau tidak stalking akun @qaqqah di Twitter. Dengan getolnya akun dengan nama tampilan “Yang Mulia KH. Qaqqah” ini membully Ketua Tim Transisi Zuhairi Misrawi. Yang dia permasalahkan adalah tentang PSMS Medan yang (sampai tulisan ini dibuat) belum menerima hadiah sebagai juara Piala Kemerdekaan. Saya maklum dengan kegetolannya, karena konon dia orang Medan.

Saya tidak kenal ‘Yang Mulia’ ini. Saya juga bukan orang Medan. KTP saya bilang saya orang Ponorogo. Tapi saya merasa perlu mengikuti update terbaru dari twit-twitan Qaqqah karena selain twitan satirenya yang lucu, saya merasa bahwa PSMS Medan adalah saudara kita. Saya bikin tulisan ini juga bukan karena saya HTRZ-nya Zuhairi Misrawi. Saya hanya ingin menyampaikan pesan bahwa tunggakan hadiah untuk klub bola yang menangin turnamen does REALLY matter.

Saya tidak akan menganalisis bagaimana perjuangan Qaqqah dalam membela klub kesayangannya. Saya tidak ingin bercerita di sini. Karena Anda bisa stalking sendiri di akun itu. Saya memutuskan tulisan ini saya kemas dalam bentuk surat terbuka. Saya akan mengambil twit2an Qaqqah sebagai referensi. Tapi surat terbuka ini tidak hanya mewakili Qaqqah, surat terbuka ini lebih kepada surat terbuka dari seluruh pencinta bola kepada Ketua Tim Transisi.

Berikut isi suratnya.

Dear Mas Zuher,

Pertama kami ingin mengucapkan selamat kepada Mas Zuher karena berhasil masuk jadi salah satu relawan Jokowi yang kebagian ‘kue’. Kami ucapkan selamat juga karena Piala Presiden berhasil digelar dengan sukses. Kalaupun ada rusuh-rusuh kecil, kami paham lah. Justru kami akan meminta Mas Zuher untuk mundur dari jabatan Ketua Tim Transisi kalau Mas Zuher membasmi habis suporter-suporter nakal itu. Kerusuhan adalah nyawa dari sepakbola Indonesia. Jadi Mas Zuher woles aja menghadapi mereka.

Relawan yang dapat jatah jabatan memang banyak yang kurang sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Tapi kami sebenarnya percaya kok Mas Zuher bukan salah satu dari yang kurang pas itu. Kami yakin Mas Zuher sangat punya kapabilitas mengurus ketidakberesan sepakbola negeri ini. Meskipun sebelumnya kami cuma mengenal Mas Zuher sebagai salah satu pasukan perang yang mewakili JIL dalam melawan ITJ, kami nggak terlalu kaget kok kalau tiba-tiba Mas Zuher ngurusin bola. Justru pengangkatan Mas Zuher sebagai Ketua Tim Transisi jadi inspirasi kami untuk jadi fans bola selamanya. Karena Mas Zuher yang cuma modal ngefans MU aja bisa jadi Ketua Tim Transisi.

Kami mafhum, ekspektasi kami untuk Mas Zuher sedemikian besar. Mungkin itu jadi beban tersendiri buat Mas Zuher dan para anggota Tim Transisi. Kami maklum juga ketika geliat sepakbola kita masih belum sepenuhnya bangkit pasca mati suri karena dibekukannya PSSI. Namun, semarak final Piala Presiden kemarin memberikan harapan besar bagi kami pencinta sepakbola. Pertandingan antara Persib dan Sriwijaya FC demikian meriah. Meskipun konon pengamanan yang diberikan terlalu lebay. 10.000 personel untuk mengamankan satu stadion, sementara hanya 7.000 personel untuk melawan asap. Tapi ah sudahlah, lagi-lagi kami mafhum kok kalau penguasa kita masih kalah nyali sama pengusaha pembakar hutan.

Yang membuat kami kurang bisa menerima adalah tunggakan Tim Transisi dalam memberikan hadiah kepada juara Piala Kemerdekaan. Mengapa hal itu bisa sampai terjadi? Tim Transisi kan dibentuk (salah satunya) biar nggak ada lagi klub yang nunggak gaji pemainnya. Lha ini kok malah Tim Transisi sendiri yang ngasih contoh kurang terpuji. Kami sih akan berusaha berbaik sangka kepada Mas Zuher. Kami yakin Mas Zuher masih mengusahakan pencairan hadiah tersebut dalam waktu secepat mungkin. Tapi logika kami sebagai orang awam dalam penyelenggaraan turnamen bilang bahwa hadiah itu seharusnya sudah siap jauh hari sebelum turnamen dimulai. Apakah masih bisa disebut sebagai turnamen kalau demikian faktanya. Bukankah itu sama saja seperti seorang bapak menjanjikan anaknya untuk dibelikan sepeda kalau puasanya bisa full sebulan. Mas Zuher bukanlah bapaknya PSMS Medan.

Bukannya apa-apa, kami cuma takut klub-klub bola kita jadi malas ikut turnamen kalau sudah tahu penyelenggaranya suka nunggak ngasih hadiah. Mas Zuher nggak mau kan kalau Tim Transisi jadi diplesetin jadi Tim PHP?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun