Mohon tunggu...
Mansari
Mansari Mohon Tunggu... Dosen - Memberikan informasi dan inspirasi

Masyarakat Biasa yang selalu ingin bersukaria dengan kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ada Serasa Tiada (Sebuah Renungan Berkeluarga)

22 September 2020   01:24 Diperbarui: 22 September 2020   01:35 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kehidupan keluarga, pasangan suami adalah Partner yang paling menentukan membawa keluarga menjadi keluarga bahagia, sakinah mawaddah wa rahmah.

Hubungan yang dibangun oleh pasangan tersebut tentu dilandasi oleh rasa cinta dan kasih sayang serta tidak mengedepankan ego dan kesombongan dalam dirinya. Kekuatan cinta akan semakin lebih bertenaga jika pasangan hidup selalu ada mendampingi hidupnya, dalam suka dan cita, pahit getirnya dilalui bersama-sama.

Sebuah keluarga akan dapat dikatakan sukses ketika pasangan hidup mampu memberikan yang terbaik bagi pasangan. Ada di saat dibutuhkan. Menjadi penyemangat di saat menghadapi berbagai permasalahan dan dinamika kehidupan berkeluarga. Bukan menambah sakit kepala bahkan memburuk suasana. 

Berbeda halnya dengan pasangan yang tidak mengerti akan tanggungjawabnya. Sibuk dengan aktivitas sendiri tanpa peduli tugasnya dalam sebuah rumah tangga. Tiap hari melakukan rutinitasnya di tempat kerja, tidak sedikit pun memberikan waktu luang bersama keluarga. 

Pasangannya diabaikan, anak diminta orang lain menjaganya. Handphone tidak pernah lepas di tangannya sambil chating-chatingan bersama teman-temannya sambil selfie sendiri serta update status facebook tiap harinya.

Inilah contoh pasangan keluarga yang tidak bahagia. Kebahagiaan kesendiriannya barangkali dapat dikatakan ada benarnya, tapi kebahagiaan yang sangat esensial dari sebuah hubungan rumah tangga tidak pernah bisa terwujud. 

Keluarga yang ada Serasa tiada menandakan bahwa status berkawinan masih ada, tapi kenikmatan berkeluarga yang tiada. Pasangan seperti ini sangat mudah dan rawan berakhir dengan perceraian. Percekcokan dan perbedaan pendapat akan selalu menghiasi kehidupan rumah tangga. 

Terkadang ada pasangan yang hanya mendiamkan apa yang dilakukan oleh pasangannya, membiarkan dan melihat apa yang dilakukannya. Ada pula yang langsung to the point, mengatakan apa yang tidak disenangi oleh pasangannya dan ada pula yang melaporkan karakter pasangan kepada orangtuanya.

Masing-masing sikap tersebut sangat berbahaya. Bagi yang mendiamkan saja tentu akan berakibat luar biasa ketika kesabaran sudah hilang dan perselisihan pasti akan terjadi seketika. Oleh karenanya seorang pasangan harus mampu memahami karakter dan psikologis pasangan hidupnya.

Ketika didiamkan harus lebih responsif dalam menyikapinya. Manakala melihat sesuatu yang berbeda dari pasangan harus lebih aktif mencari tau alasannya.

Selain itu, sikap responsif terhadap sikap yang berbeda tersebut juga sangat dibutuhkan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Namun ada juga realitas kehidupan menunjukkan adanya sifat yang seolah-olah kurang perhatian dan menyibukkan diri dengan rutinitasnya. Hal ini tentu sangat berbahaya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun