Mohon tunggu...
Manik Sukoco
Manik Sukoco Mohon Tunggu... Akademisi -

Proud to be Indonesian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Ironi Krisis Air di Hari Air Sedunia

22 Maret 2017   15:51 Diperbarui: 22 Maret 2018   13:04 3358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanggal 22 Maret diperingati sebagai hari air sedunia (Sumber: Waterworks).

Hari ini, tepatnya tanggal 22 Maret 2017 adalah Hari Air Sedunia (World Water Day). Hari ini adalah pengingat bahwa kita harus mensyukuri salah satu anugerah Tuhan yang tidak ternilai harganya yaitu air bersih yang aman untuk diminum, mandi, mencuci, dan keperluan lainnya.

Inisiatif akan munculnya peringatan Hari Air Sedunia ini dimulai dari Sidang Umum PBB ke-47 yang berlangsung pada tanggal 22 Desember 1992 di Brazil. Pada saat itu, keluarlah Resolusi Nomor 147/1993 yang menetapkan pelaksanaan peringatan Hari Air se-Dunia setiap tanggal 22 Maret dan mulai diperingati pertama kali pada tahun 1994. Salah satu agenda besar PBB adalah memastikan setiap orang di seluruh dunia untuk mendapatkan akses terhadap air bersih.

Hari ini adalah hari pengingat akan urgensi kesadaran akan krisis air secara global. Di belahan bumi yang lain, terutama di Afrika, masih banyak saudara-saudara kita yang kesulitan mendapatkan akses terhadap air bersih dan 1.8 juta orang di seluruh dunia terpaksa harus mengkonsumsi air yang terkontaminasi oleh feces (kotoran manusia). 

Bagaimanakah kondisi krisis air yang terjadi saat ini?

Sebagaimana yang dilansir oleh Los Angeles Times, di Somalia, Sudan, Nigeria, dan Yaman, 27 juta orang tidak mendapatkan akses air bersih. 12% orang di dunia kurang pasokan air minum. Bahkan data yang diterbitkan oleh World Water Council menyatakan bahwa kematian yang diakibatkan oleh air mencapai 3.5 juta jiwa, lebih tinggi dari kematian yang disebabkan oleh kecelakaan mobil dan AIDS. Di Afrika, 319 juta orang yang mewakili 32% penduduk kawasan gurun, tidak memiliki persediaan air yang aman untuk diminum. Untuk membuka mata kita akan ancaman krisis air, saya akan tampilkan foto-foto yang memberikan gambaran akan betapa pentingnya fungsi air sebagai sumber kehidupan manusia.

Sumber: Mackenzie Knowles-Coursin, UNICEF.
Sumber: Mackenzie Knowles-Coursin, UNICEF.
Sumber: Mackenzie Knowles-Coursin, UNICEF.
Sumber: Mackenzie Knowles-Coursin, UNICEF.
Dua gambar di atas adalah gambar seorang wanita di Aweil, Sudan Selatan yang sedang membasuh kakinya di salah satu titik air lalu mengangkut dan membawanya pulang bersama anggota keluarganya yang masih kecil. Rumahnya wanita ini terletak 4 kilometer lebih dari lokasi titik air.

Sumber: Mackenzie Knowles-Coursin, UNICEF.
Sumber: Mackenzie Knowles-Coursin, UNICEF.
Gambar di atas adalah gambar yang diambil oleh UNICEF, memperlihatkan seorang wanita muda membawa ember kuning besar berisi air di salah satu titik air milik UNICEF di kawasan Torit, Sudan Selatan.

Sumber: Mackenzie Knowles-Coursin, UNICEF.
Sumber: Mackenzie Knowles-Coursin, UNICEF.
Gambar selanjutnya adalah gambar seorang anak Afrika di kawasan Aweil, Sudan Selatan, sedang duduk di dekat genangan air kotor tak layak minum. Krisis air bersih paling mencekik kaum miskin. Banyak yang beranggapan bahwa kemiskinan membuat mereka tidak sanggup membeli air. Ironisnya, dalam kondisi tersebut, orang miskin justru membayar jauh lebih mahal ketimbang orang kaya untuk menikmati air. 

Sumber: Albert Gonzalez Farran, AFP/Getty Images.
Sumber: Albert Gonzalez Farran, AFP/Getty Images.
Gambar selanjutnya adalah gambar seorang anak Afrika yang sedang mengumpulkan air dalam kemasan bekas minyak goreng di kawasan Juba, Sudan Selatan. WaterAid (2016) menyebutkan lebih dari 40 persen penduduk di 16 negara tidak memiliki akses terhadap fasilitas air, bahkan sumur sekalipun. Komunitas yang terpinggirkan ini harus mengumpulkan air dari kolam dan sungai serta menghabiskan sebagian besar pendapatan harian mereka untuk membeli air bersih.

Sumber: Divyakant Solanki, EPA.
Sumber: Divyakant Solanki, EPA.
Gambar berikut adalah gambar masyarakat India yang setiap hari harus melewati sungai menggunakan rakit. Sungai-sungai ini sudah terkontaminasi dengan limbah plastik, industri, maupun limbah rumah tangga. Akibat tak tersedianya air bersih, resiko gangguan kesehatan hingga potensi kelahiran prematur dapat meningkat. Majalah The Independent memperkirakan satu dari lima bayi meninggal dalam bulan pertama kehidupan mereka karena sepsis atau infeksi—masalah kesehatan yang sebenarnya bisa dicegah dengan air bersih dan pola hidup higienis. Diperkirakan 42 persen dari semua rumah sakit di wilayah Afrika tidak memiliki akses  terhadap air bersih.

Sumber: Praveen Bajpai, AFP/Getty Images.
Sumber: Praveen Bajpai, AFP/Getty Images.
Pipa-pipa berwarna-warni yang menjulur ke berbagai arah adalah pipa air bersih yang mengalirkan pasokan air layak minum. Warga harus antri dan saling berebut untuk bisa mendapatkan air ini dari tanker pengiriman air bersih di daerah Bhopal, India. India menjadi negara dengan penduduk terbanyak yang tidak bisa mengakses air bersih. WaterAid (2016) menyebutkan hampir 76 juta warga India hidup dengan pasokan air seadanya.

Sumber: Narendra Shrestha/EPA.
Sumber: Narendra Shrestha/EPA.
Gambar diatas adalah gambar seorang laki-laki di Bhaktapur, Nepal yang harus menyimpan air dalam wadah aluminium tradisional yang dikenal dengan nama "gagri" serta menjinjingnya ke rumah supaya ia dan keluarganya bisa memenuhi kebutuhan masak, minum, mandi, dan mencuci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun