Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Rahmatullah Safrai

Founder Sekumpul EduCreative dan Penulis Buku

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

PLTU Suralaya 9-10 Abaikan Tenaga Lokal, Warga Hanya Kebagian Polusi dan Bising!

6 Mei 2025   16:13 Diperbarui: 6 Mei 2025   16:13 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi pemuda lokal yang protes di depan proyek PLTU Suralaya Unit 9-10, Selasa 6 Mei 2025 (Foto Isryad) 

Siang itu, langit di Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, tampak abu-abu bukan karena mendung, melainkan debu yang beterbangan dari aktifitas proyek raksasa: PLTU Suralaya.

Di depan pagar proyek, sekelompok pemuda berdiri diam. Di tangan mereka, terbentang kain putih dengan tulisan besar: "Kami menuntut keadilan untuk bekerja di Unit 9-10. Masyarakat Suralaya."

Kain itu bukan sekadar spanduk, melainkan jeritan yang tertahan selama bertahun-tahun.

"Kami lahir dan besar di sini. Tapi kami cuma dapat debu dan polusi, bukan pekerjaan," ungkapan pemuda lulusan sarjana teknik mesin dari sebuah perguruan tinggi negeri di Banten. Ia sudah melamar beberapa kali ke proyek Unit 9-10, tapi tak pernah ada panggilan.

Di luar pagar proyek yang berdiri pabrik besar dan cerobong asap raksaksa itu, ia kemudian menunjukan berkas-berkas lamaran yang tersimpan di amplop coklat.

Di atasnya, tertulis nama-nama rekan-rekannya yang juga senasib---semua anak muda Kelurahan Suralaya, sebagian besar lulusan perguruan ternama hingga jenjang SMA sederajat.

"Kami bukan tidak mampu bersaing. Tapi pintu itu tertutup bahkan sebelum kami masuk," ujarnya.

Sudah lebih dari lima tahun proyek pembangunan PLTU Suralaya Unit 9-10 berjalan. Dibangun oleh konsorsium PT Indo Raya Tenaga (IRT), megaproyek ini sempat digadang-gadang akan menjadi penggerak ekonomi lokal.

Tapi kenyataannya, warga Suralaya merasa hanya menjadi penonton dan penikmat polusi tanpa kompensasi.

Dampak lingkungan yang ditimbulkan PLTU ini bukan hal sepele. Setiap hari, warga harus berhadapan dengan suara bising mesin, lalu-lalang kendaraan proyek, dan debu batu bara yang mengendap di atap rumah, bahkan hingga dalam paru-paru mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun