Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mudik Gak Mudik Corona Masih Ada, Lebaran Tahun Depan Belum Tentu Orangtua Masih Ada

4 Mei 2021   02:32 Diperbarui: 4 Mei 2021   02:37 2499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Dermaga III Pelabuhan Merak (dokpri) 

Demi berkumpul dengan keluarga pada Hari Raya Idul Fitri, puluhan ribu pemudik sudah menyebrang dari Pulau Jawa ke Pulau Sumatra melalui penyebrangan Pelabuhan Merak, Banten. Himbauan tidak boleh mudik sudah tidak ada artinya lagi. 

Sejak sabtu malam (1/5) hingga Selasa dinihari (4/5) terpantau suasana Pelabuhan Merak ramai pemudik. Para pemudik memanfaatkan waktu sebelum pemberlakuan larangan mudik diterapkan pada Kamis (6/5) depan. 

"Mudiklah sebelum mudik dilarang!" Kiasan ini dijadikan alasan mudik lebih awal. Inilah bisa dilihat dari banyaknya orang nekat melaksanakan perjalanan pulang kampung.

Setelah memasuki 6 Mei nanti, akses pelayanan Pelabuhan Merak sudah ditutup. Selanjutnya kesempatan untuk menggunakan jasa penyebrangan Pulau Jawa dan Pulau Sumatra pun sudah disetop. 

Pemudik tidak mau kalah dengan larangan yang diterbitkan pemerintah. Memanfaatkan operasional Pelabuhan Merak saat ini masih dibuka dengan pengetatan perjalan pasca diterbitkannya Adendum SE Satgas Covid 19 No 13 tahun 2021, tentang pra larangan mudik berlaku mulai tanggal 22 April hingga 5 Mei 2021.

Larangan mudik sungguh melukai hati para perantau. Setahun sekali, momen hari raya adalah saat emosional seorang anak pulang ke rumah orang tuanya. 

Jangan salahkan para pemudik yang tidak mengindahkan aturan. Mall dan tempat wisata tetap buka, seperti bentuk ketidakadilan bagi para anak rantau yang ingin pulang kampung. 

"Mudik gak mudik corona tetap ada. Tetapi lebaran tahun depan belum tentu orangtua masih ada. "

Kata-kata ini kini menghiasi media sosial para anak rantau. Siapa yang tidak emosional ketika ingin merayakan hari raya bersama orangtua tapi dilarang pulang kampung? 

Mudik sudah menjadi tradisi dan kebiasaan anak di tanah rantau kembali ke tanah kelahirannya. Pandemi covid-19 yang entah sampai kapan berakhir, rasanya tidak bisa diterima sebagai alasan untuk tidak pulang kampung. 

Pemudik sadar, virus corona ada. Namun dilarang pulang kampung di momen hari raya rasanya tidak mampu lagi dijadikan alasan. 

Wahai para pemudik, Bapak dan Ibu di kampung menunggumu pulang. Rasa rindu bertahun-tahun dipendam orangtuamu. Ritual mudik jadi dilema ketika rindu dan kondisi pandemi covid-19 yang entah kapan berakhir. 

Jika sudah tak ada penawar untuk bertahan di tanah rantau. Pulang kampung harus menerapkan protokol kesehatan secara ketat saat melaksanakan perjalanan mudik. 

Ada baiknya tes kesehatan terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi tubuh, jangan sampai pulang bawa oleh-oleh virus untuk keluarga di kampung. 

Patuhi protokol kesehatan, jaga jarak dengan menghindari kerumunan. Ada baiknya menggunakan kendaraan pribadi untuk menghindari bercampur dengan pemudik lainnya. 

Pakai masker dan ganti tiap tiga jam sekali. Sedia handsanitizer dan gunakan setelah memegang sesuatu. Lebih baik protektif daripada ada mahluk kasat mata ikut pulang kampung. 

Rindu anak rantau kepada orangtuanya tidak bisa ditahan dengan kondisi apapun. Mudiklah dengan memperketat protokok kesehatan demi keselamatan bersama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun