Tantangan setelah menikah itu luar biasa. Menyatukan dua kehidupan yang berbeda dalam rumah tidaklah gampang. Banyak sifat-sifat yang baru muncul ketika sudah hidup serumah. Cinta saja tidak cukup, ternyata masalah bisa timbul dari ego masing-masing.
Pernikahan juga tidak hanya menjadikan bujang dan gadis bersama, tapi juga mengawinkan harmonisasi antar dua keluarga, antar menantu dan mertua, antar menantu dan kakak ipar.
Menikah dengan berstatus guru bantu di SMA swasta dengan gaji kecil menjadi alasan Mertua was-was dengan masa depan putrinya.
Istri saya anak kelima dari enam bersaudara, sementara empat orang kakaknya sebagai pekerja dengan gaji yang cukup mapan. Dua tahun sebelumnya, saya sudah melamar istri, namun saat itu ditolak dengan alasan masih kuliah.
Setelah mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dan mengajar di sekolah swasta, ada keberanian kembali untuk melamar. Hasilnya, direstui karena mertua cukup demokratis memenuhi permohonan putrinya.
Menjadi guru honorer dan sementara numpang di rumah mertua pun jadi beban tersendiri. Setiap hari, pikiran selalu berputar, tidak hanya memikirkan keuangan rumah tangga yang perlu ada tambahan, tapi juga harus keluar dari rumah mertua dan memilih tinggal sendiri.
Sambil menunggu mendapatkan kesempatan pindah dari rumah mertua, telinga cukup panas juga. Apalagi ketika awal bulan, kakak-kakak ipar datang memberikan uang bulanan kepada mertuanya dengan nominal yang cukup lumayan.
Bahkan, Ibu ngomong di depan saya jika setiap bulan mendapatkan uang dari suami anak sulungnya lebih besar dari gaji saya.
Sabar dan salat, itu saja yang saya amalkan sesuai dengan pelajaran di pesantren dulu. Dari segi keuangan saya memang minim, namun perlahan saya terus mencoba menarik perhatian Bapak dan Ibu mertua dengan sering membawa makanan kesukaannya.
Ibu paling suka jajanan surabi. Sementara istri dengan keterbatasan uang belanja tidak boleh perhitungan, ketika Bapak kehabisan rokok, langsung dibelikan. Sementara itu saja cara kasih perhatiannya.
Si bungsu, adik ipar pun mengalami peningkatan prestasi belajar. Ia selalu konsultasi jika ada pelajaran yang sulit dipahami. Apalagi menjelang kelulusan SMA, si bungsu punya tekad kuliah di Universitas Negeri.