Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Mengenang Percakapan dengan Henky Solaiman, Berkarya untuk Kebahagiaan

16 Mei 2020   14:57 Diperbarui: 16 Mei 2020   21:19 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Henky Soelaiman (foto IG @opahenky)

"Kita tidak tahu kapan Tuhan memanggil kita pulang, jadi manfaatkan waktu sekecil apa pun untuk menjadi lebih berharga dengan karya hebat," kata Om Henky Solaiman saat di lokasi shooting beberapa tahun silam.

Momen yang paling berharga ketika mendapat nasehat dari aktor senior Indonesia yang baru saja dipanggil yang Maha Kuasa, Jumat sore kemarin.

Betapa sedihnya saya mendengar berita duka itu. Sejak memutuskan berhenti menjadi crew produksi film dan memilih menjadi penulis naskah freelancer, saya sudah jarang ketemu Om Henky.

Pertemuan antara crew film dengan aktor senior itu meninggalkan banyak kesan. Tidak sedikit artis baru yang merasa lebih hebat setelah membintangi satu atau dua film, kemudian ingin diperlakukan sebagi artis besar. Tidak dengan Om Henky, sosok sederhana justeru membuat kita segan dan menaruh rasa hormat di hadapannya.

Beliau adalah aktor senior yang sudah membintangi puluhan judul sinetron dan film. Usia yang tidak lagi muda, Om Henky tetap profesional dalam menjalankan setiap perannya.

Inilah alasan kenapa saya sangat kagum dengan beliau. Totalitas di dunia perfilman sangat kaya pengalaman. Aktingnya yang luar biasa.

Penggalan percakapan saya masih saya ingat dengan Om Henky di lokasi shooting persis menjelang Hari Raya Idul Fitri. Saat itu tim sedang kejar tayang agar produksi cepat selesai sebelum lebaran.

"Apa kamu merasa ada yang berbeda dengan puasa kali ini?" tanya Om Henky.

Tentu saya jawab, iya. Berat ketika jarang bertemu dengan Ibu, terlebih ini ramadan pertama tanpa almarhum Bapak. Ibu di Kota Cilegon tinggal bersama kakak. Sementara saya di Jakarta dan setiap hari berpindah-pindah lokasi shooting. Meski di Jakarta banyak keluarga dari almarhum Bapak, tidak ada waktu senggang untuk mengunjunginya.

"Masih muda, tenaga masih hebat. Terus belajar, film bukan hanya profesi, tapi juga butuh jiwa," kata Om Henky, rela tidak makan siang hanya untuk menghormati yang sedang berpuasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun