Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Amukan Jordan dan Ketenangan Melati yang Memastikan Kunci Juara All England 2020

15 Maret 2020   23:43 Diperbarui: 16 Maret 2020   05:35 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jordan dan Melati (foto Instagram @jordan_praveen)

Indonesia menjadi juara  All England 2020 dari sektor ganda campuran. Pasangan Praveen Jordan dan Melati Daeva Oktavianti berhasil menaklukan pasangan Thailand Dechapol Duavaranukroh dan Sapsiree Taerattanachai di laga final.

Jordan dan Melati menang rubber game dengan skor 21-15, 17-21 dan 21-8 dalam waktu 62 menit. Kemenangan ini membuat jarak rekor kemenangan atas Dechapol dan Sapsiree menjadi 4-1.

Perjuangan Jordan dan Melati memperlihatkan kematangan kombinasi teknik permainan yang semakin baik. Sejak dipasangkan, masalah komunikasi terlihat menjadi kendala. Biasanya kedua pemain itu masi belum bisa menyatukan ego masing-masing.

Namun dalam babak pamungkas ajang kejuaraan super 1000 di Inggris ini, penampilan Jordan dan Melati luar biasa bisa membuat kombinasi permainan yang dapat menaklukan pemain unggulan dua tingkat di atas mereka.

Sejak awal bulu angsa ditepuk, pasangan Indonesia sudah memulai dengan perlawanan maksimal. Menariknya serangan smash Jordan selalu bisa mendobrak pertahanan lawan. 

Hanya saja, menjelang akhir game kedua, Jordan sempat kehilangan fokus. Ini dikarenakan Jordan mengalami beberapa servis yang dianggap fault oleh servis judge Kamasha Robertson. Akibatnya Jordan lebih hati-hati yang berdampak pada performa menurun dan berakhir kemenangan lawan.

Kontan saja, serangan Jordan di game kedua membuat penonton semakin deg-degan. Jordan seperti mengamuk dengan memaksimalkan kekuatan yang dimilikinya. Serangan-serangan yang diluncurkan berhasil menyumbang poin demi poin secara cepat meninggalkan lawan. Jordan sepertinya ingin segera naik podium yang pernah dijejakinya bersama Deby Susanto.

Ketangkasan Jordan diimbangi dengan ketenangan Melati yang mengambil posisi di depan net. Melati berperan memberi umpan yang kemudian dibalas dengan serangan Jordan. 

Permainan Melati pun tidak kalah dalam kontribusi pengumpulan poin. Tepukan netting bisa mengecoh permainan lawan. Hingga akhir poin yang dihasilkan, Melati selalu terlihat tenang namun serangannya mematikan.

Sementara Dechapol Duavaranukroh dan Sapsiree Taerattanachai tampil dengan performa yang kurang baik. Sapsiree tidak menunjukan kekuatan yang dimiliki. Bahkan dari awal sudah terlihat lelah dan tertekan hingga akhir. Di kalangan sektor ganda campuran, Sapsiree adalah pebulutangkis wanita dengan kekuatan pukulan yang luar biasa.

Dechapol pun turut merasakan tekanan. Namun perlawanannya cukup merepotkan. Kepercayaan diri Dechapol meningkat di pertengahan game kedua yang menyumbangkan banyak poin dan memaksa melakukan game ketiga.

Sayangnya di game penentuan, permainan tidak bisa berkembang menghadapi serangan Jordan dan Melati. Hasilnya, ganda campuran terbaik yang dimiliki Thailand hanya mampu menempati posisi runer up. Sementara prestasi terbaik Jordan dan Melati pada turnamen ini membuat ranking dunia naik di posisi keempat.

Dari pencapaian ini, tentu kita berharap performa Jordan dan Melati tetap stabil. Apalagi setelah turnamen bulutangkis tertua ini, target pencapaian para pebulutangkis adalah bisa menjuarai Olimpiade Tokyo 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun