Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rekayasa Hujan, Jakarta Bisa Belajar dari Cilegon

3 Februari 2020   01:02 Diperbarui: 3 Februari 2020   03:54 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cuaca panas terik pada siang hari dan hujan deras ketika tengah malam. Ini menjadi gambaran tentang kondisi cuaca Kota Cilegon, Banten di musim hujan saat ini.

Sejumlah mahasiswa dari Jakarta yang sedang magang di Kawasan Industri Krakatau Steel sempat terheran-heran dengan kondisi cuaca di Kota Cilegon yang terkesan teratur.

Biasanya hujan deras akan turun pada tengah malam hingga pagi. Namun ketika matahari beranjak naik, langit akan terang sepanjang hari.

Sampai kemudian seorang pekerja kontraktor yang sedang membangun gedung pabrik kimia bercerita, "itu semua karena pemilik proyek menggunakan pawang hujan."

Pawang hujan menjadi kunci di setiap proyek pembangunan. Sebagai kota kawasan industri, terdapat sejumlah proyek pembangunan yang sedang berjalan.

Hujan bisa menjadi hambatan saat melaksanakan pekerjaan. Maka hujan pun ditahan dan bisa turun pada malam hari ketika jam lembur proyek selesai.

Sudah jadi rahasia umum sebenarnya ketika jasa pawang hujan digunakan dalam proyek pembangunan. Jika hujan turun sepanjang hari, pekerjaan akan terganggu dan dapat nerugikan pihak pemilik proyek. Pekerjaan bisa molor dari target yang ditentukan. Ini akan merugikan pihak perusahaan.

Intinya adalah pihak perusahaan hanya mengamankan wilayah proyek, sehingga waktu pelaksanaan proyek tidak terganggu oleh hujan.

Kehebatan rekayasa hujan yang dilakukan di Cilegon sebaiknya bisa diadopsi oleh Jakarta.

Salah satu solusi atasi banjir, Jakarta sempat melakukan rekayasa hujan dengan menebarkan Natrium Klorida (NaCl) dengan menggunakan pesawat jenis CN 295 dan Casa 212-200. Fungsinya untuk menyemai awan di barat daya, barat, dan barat laut. Sehingga hujan turun sebelum sampai Jakarta.

Tapi, tau sendiri kan, Jakarta tetap banjir ketika seharian turun hujan?

Cilegon memang tidak memiliki teknologi secanggi rekayasa hujan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta. Para pemilik proyek di Cilegon lebih memilih menggunakan jasa pawang hujan yang terbukti untuk menghalau hujan turun.

Meski hujan bisa ditahan agar tidak turun pada siang hari, Cilegon tidak lepas juga dari persoalan banjir. Namun banjir hanya menggenangi wilayah dengan drainase buruk yang menyebabkan aliran air tersumbat. Banjir di Cilegon pun cepat surut karena air bisa langsung menuju laut.

Sejak dulu, Banten terkenal dengan hal-hal mistis. Sulit untuk dipahami oleh logika. Namun nyatanya permainan debus saja bisa kebal dari senjata tajam dan api, belum lagi membunuh tanpa menyentuh dengan santet, ditambah hujan pun bisa diatur oleh seorang pawang.

Tidak ada salahnya jika Gubenur DKI Jakarta Anies Baswedan belajar kepada para pawang hujan di Cilegon. Hujan deras yang berpotensi turun di Jakarta bisa dialihkan, sehingga tidak muncul persoalan banjir Jakarta lagi.

Kesannya memang tidak masuk akal. Tapi kan, naturalisasi sungai dan memasukan air ke dalam tanah dengan kondisi pembangunan Jakarta saat tidak bisa menyelesaikan banjir.

Namanya usaha sudah menjadi sunatullah yang bisa dilakukan manusia. Berhasil atau tidaknya sudah menjadi ketetapan takdir Tuhan yang harus diterima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun