Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Revolusi Industri 4.0 Itu Tidak Penting!

6 November 2019   06:00 Diperbarui: 6 November 2019   08:18 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Milenial, pernah kah berifikir? Kesibukan mengejar standar revolusi Industri 4.0 menjadikanmu sebagai manusia yang lelah.

Menurut saya sangatlah capek! Bukan menyerah, tapi bagi saya Revolusi Industri 4.0 tidak memanusiakan hidupmu. Hanya sebagai tuntutan absurt untuk sama-sama merasa butuh itu semua. Padahal tidak harus!

Sejak ditemuakan mesin uap, disusul listrik, muncul elektronik yang membuat simpel kebutuhanmu, serta munculnya kecanggihan digital saat ini. Merubah hidup manusia traditional menjadi manusia modern.

Manusia yang cerdas, selalu mampu menggunakan akalnya untuk membuat hal yang baru. Satu hilang berganti dengan yang baru. Semuanya, tidak terlepas dari perkembangan industri dan kapitalisme. Peradaban akan muncul dan berganti dengan waktunya sendiri.

Loh kok gitu? Sejak mesin-mesin bermunculan, dibutuhkan energi untuk membangkitkannya. Lalu, bumi mulai lah dikuliti, mencabik batu bara, mengisap minyak bumi--alam hancur dengan sendirinya. Manusia lebih bangga dengan teknologi dalam kehidupannya.

Dampak Industri, bukan hanya pada alam yang memanas, tapi gaya hidup manusia modern menjadi hedon. Bumi beserta isinya yang hijau, perlahan mulai mengering. Tumbuh lebih banyak bangunan menjulang tinggi. Manusia yang berkembang lebih banyak. Bumi semakin sesak dibuatnya. Bumi tidak dalam kondisi baik seperti saat pertama mesin uap ditemukan.

Milenial bangga, dunia digital yang memudahkan segala urusan dengan simpel, meninggalkan konvensional yang dianggap ribet.

Tapi pernahkan berfikir, ketika fosil dan minyak bumi telah habis disedot, bagaiaman cara mendapatkan sumber energi baru? Keserakahan industri yang menjadikan eksploitasi sumber daya alam. Melepaskan naluri manusia yang bertanggungjawab mengurus alam ini.

Kita yang sudah belajar Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar sudah mengerti, batu bara dan minyak bumi terbuat dari proses alam jutaan tahun silam. Pohon setinggi 1 meter tidak bisa tegak berdiri dalam waktu satu tahun saja. Jika besok habis, bisakah alam memproduksi batu bara dan minyak bumi secepat kita mengirim pesan whatsapp?

Milenial, hidup ini indah. Bumi, hutan, sawah, ladang, dan luasnya lautan sebagai sumber kehidupan yang Tuhan sediakan semua. Namun manusia punya cara yang lain, revolusi industri yang hanya bayangan semu untuk terus di kejar. Otak manusia dirubah menjadi pasar, konspirasi kapitalisme untuk keuntungan matrial pelaku industri.

Di zaman ini, kita semua bisa saja masi berfikir, jika tidak mengikuti perkembangan revolusi industri maka akan mati! Bisa saja, yang mati kehidupan atau naluri sebagai manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun