Namun karena G adalah orang yang memiliki kemampuan menyembunyikan masalah, muncul kemudian G sebagai pribadi yang riang gembira. G justru lebih banyak mengajak saya untuk berolahraga, trevelling, dan mengunjungi segala sesuatu yang menarik.
G menjalankan semua aktivitas yang menyenangkan itu berdasarkan saran Amin. Sayangnya saat masa-masa itu, Amin tidak tahu bahwa yang selalu bersama dengan G adalah saya. Secara tidak langsung, saya sebenarnya sudah membantu memulihkan semangat hidup G.
Tapi, persoalan G dan saya kemudian terasa berbeda. G belum tentu sepenuhnya menerima kondisi tubuhnya saat ini. Waktu masih sangat dini untuk memastkan G baik-baik saja.Â
Begitu juga dengan saya, timbul rasa risih dan kekhawatiran, G itu HIV dan Gay, saya manusia biasa yang punya rasa berat. Satu yang saya takutkan, bagaimana reaksi G nanti ketika mulai terbuka dengan kondisinya saat ini kepada saya.
Orang yang terlihat baik-baik saja dan terlihat ceria, soal emosional batin belum tentu baik. Menjadi sahabat harusnya bisa menerima. Segala sesuatu yang disampaikan secara mengejutkan, belum tentu berlanjut menjadi baik-baik saja. Kondisi psikologi saya menjadi sedang tidak baik dalam menerima persoalan ini.
Mohon maaf, G. Semoga jika kamu tidak keberatan cerita ini akan berlanjut, itu pun jika banyak pembaca yang percaya. Ini bukan sekedar fiksi!