Mohon tunggu...
Mangappu Pasaribu
Mangappu Pasaribu Mohon Tunggu... Lainnya - Mengabadikan pengalaman kehidupan, menuangkan dalam tulisan. Semoga bisa menambah wawasan dan membawa perubahan

Seorang pekerja keras, independent, tidak pernah putus asa sampai semua harapan dan cita-cita menjadi kenyataan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Survive from Covid-19

18 November 2020   10:28 Diperbarui: 18 November 2020   10:44 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Setelah dinyatakan sembuh akhir bulan September lalu, sebenarnya saya ingin secepatnya menuliskan pengalaman ini yaitu bagaimana saya dan keluarga saya bisa survive dari ancaman covid-19.  Namun hal tersebut urung saya lakukan karena kedua orang tua pada saat itu masih proses isolasi mandiri.

Setelah saya, anak saya dan kedua orang tua sembuh dari covid-19, saya pikir tidak ada lagi halangan untuk menuliskan pengalaman ini. Bukan untuk membanggakan diri tapi untuk menyaksikan bahwa virus covid-19 itu memang ada dan sangat berbahaya.  Namun apabila cepat ditangani dan dengan imunitas yang kuat, penyintas covid-19 bisa sembuh kembali. 

Awal bulan September 2020 merupakan hari-hari yang cukup berat bagi saya dan keluarga. Setelah hasil swab test menunjukkan positif covid-19,  saya sangat down dan terpukul. Pikiran saya tiba-tiba dipenuhi dengan berita-berita negatif di mana kasus korban meninggal terus bertambah karena terpapar covid-19.

Saya berusaha mengingat-ingat darimana awalnya kecolongan sampai bisa terpapar virus. Sejauh ingatan saya, saya selalu menjalankan protokol kesehatan dengan selalu memakai masker, rajin mencuci tangan dan menjauhi kerumunan. Tapi tidak ada lagi gunanya menyalahkan masa lalu karena lebih baik fokus pada solusi ke depan. Ini lah yang membuat aku tenang dan tidak panik.

Seminggu sebelum test swab, saya merasakan gejala-gejala seperti tenggorokan kering, suhu tubuh yang naik turun, selera makan menurun, meriang dan mengigil serta badan lemas seperti tidak ada tenaga.

 Awalnya saya pikir itu hanya gejala demam atau flu biasa. Saya pikir dengan konsumsi obat-obat generik, gejala-gejala itu akan hilang dengan sendirinya.  

Namun bukannya makin membaik, sakit kepala dan rasa sesak di dada semakin terasa.  Bahkan selera makan sempat hilang dan hanya bisa makan bubur.  Untunglah saya memiliki seorang istri seorang perawat yang segera memberi tindakan infus  di rumah

Setelah izin tidak masuk kantor, saya melakukan test-swab di rumah sakit pemerintah di Medan. Hari itu, Senin, 7 September 2020,  saya dan istri saya sudah antri pukul 8.00 pagi di rumah sakit. 

Selain test swab, saya diwajibkan foto thorax dan rapid test untuk memastikan kondisi tubuh yang sebenarnya. Karena  banyaknya antrian, sekitar 30-50 orang, proses swab test memakan waktu sampai pukul 14.00.

Tepat dua  hari kemudian, istri saya mendapat kabar bahwa saya terpapar dan dinyatakan positif. Dia kelihatan syok dan tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Lalu, istri saya segera membawa ketiga anak kami ke rumah sakit untuk menjalani swab test. 

Dari hasil swab test, istri saya dan dua anak kami tidak terpapar sementara anak si nomor dua yang berumur tujuh tahun dinyatakan positif dengan OTG.   Saya dan si-tengah diwajibkan menjalani isolasi mandiri di rumah karena dianggap hanya merasakan gejala ringan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun