Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku Lupa Sekolah

21 Juni 2021   16:21 Diperbarui: 21 Juni 2021   17:09 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Dokumentasi pribadi

Apa kabar sekolah?

Apa engkau dalam keadaan baik-baik saja di sana?
Apa engkau sekarang masih setia merawat harapan, asa dan cita-cita kaula muda dalam duka Corona?
Pun sahabat-sahabat juang yang telah lama bersembunyi di balik rentangan jarak  Semoga kalian baik-baik saja menahan rindu yang terus bergejolak

Apa kabar gedung-gedung dengan tembok yang kokoh? Atap dan semua isian yang terjaga pagar berkawat
Apa engkau sudah mulai berkarat?
Atau malah keterpisahan ini menjadikan ego menara gadingmu menjadi kumat?
Kelengangan yang tak kunjung berujung ini justru membuatmu tersenyum jail dengan sikap bodo amat

Bodo amat?
Hahahaha... Siapa? Aku? Atau mungkin engkau bersimpuh di hadapan peraturan yang dikukuhkan para penjabat
Engkau membudak atas nama maslahat, institusi dan riwayat

Bodo amat!
Biarkan orangtua berduyun-duyun mendaftarkan ribuan anaknya hingga sebulan kemudian tamat
Biarkan mereka berlomba-lomba memuja nilai hingga kiamat
Biarkan mereka bangga dengan angka-angka yang disebut hebat
Yang katanya cukup untuk membuat orang lain skakmat

Standaritas yang kemudian menjadi tabu dan keramat
Meski akhirnya mereka sendiri yang harus melumat
Merawat pikiran dan cara belajar dengan jarak yang begitu dekat
Tanpa sekat
Tanpa maklumat
Dan biarkan orangtua memaki-maki anaknya hingga habis riwayat

Apa kabar sekolah?
Apa engkau tetap menggenggam erat idealisme tinggi sebagai lembaga yang disanjung dengan perkataan wah?
Terkesima, membuat orang-orang tergiur dalam perlombaan baku hantam akreditasi sekolah
Sebagian yang lain merasa pongah karena bersekolah di tempat yang megah
Sementara dipandangnya tak pernah ada mereka-mereka yang berseragam kusut di sekolah dekat pematang sawah
"Bisa apa mereka, ah?"

Monolog kerinduan macam apa ini? Jika kuhempaskan kian beranak-pinak
Kian kubertanya-tanya namun tak pernah ada jawaban yang menyeruak
Hingga yang nyata adanya hanya menyisakan muak

Apa kabar kelasku?
Masihkah bangku dan mejaku bersih tanpa debu?
Masihkah kaca-kaca jendela tempat melongok awan dan teman-teman yang riang di lapangan basket bisa kupakai?
Masihkah kokoh ruang jendela dunia yang mampu meneropong masa depanku?
Semoga saja koloni rayap itu lupa akan dahaga, kemudian kenyang menikmati kesuyian koridor yang berpuluh-puluh meter panjangnya

Apa kabar seragamku?
Mungkin sekarang kau telah suci dalam kejenuhanku
Telah tenang dalam kediamanmu
Sebab tak ada lagi noda dan bau keringat yang menjejali setiap helai rajutan benang atas dirimu
Tak ada lagi bahan kimia, gosokan dan terik mentari yang lambat-laun memudarkan warnamu

Apa kabar tumpukan bukuku?
Jasamu begitu besar mencicil gunungan kebebalan atas ingatanku
Mengikat setiap materi yang mudah sekali kuabaikan persekian waktu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun