Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meraba Sepenggal Cerita di Hari Rabu

13 Agustus 2020   08:21 Diperbarui: 13 Agustus 2020   08:17 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oh... Iya,  selain menulis, salah satu aktivitas lain yang saya geluti akhir-akhir ini ialah menjadi penjahit. Biasanya saya membuat srempang jikalau ada orderan. Padahal, sebelumnya saya tidak pernah menekuni dunia jahit-menjahit, namun entah Ilham dari mana saya jadi bisa menjahit.

Rasa-rasanya dulu itu pernah juga mengikuti pengolahan hasil pertanian di Balai Pelatihan Kerja, bukan menjahit. Tapi entahlah. Memang akhir-akhir ini saya lebih suka mengupgrade kemampuan diri dengan hal-hal yang baru. Ya... Seperti menjahit itu salah satunya.

Tak lama kemudian, kain yang saya pesan telah saya temukan. Saya pun langsung menghampiri seorang karyawan toko dan menandaskan ingin membeli kain tersebut sepanjang setengah meter dengan panjang 1 meter.

Beberapa saat kemudian, barang yang dicari itu telah berhasil saya masuk ke dalam tas. Spontanitas, motor pun saya tunggangi dan penjaga parkir telah siaga melepas kepergian saya.

Si kuda besi matic itu kini menjadi andalan saya untuk menuju warkop Om Dedy. Tempat di mana saya dan kawan-kawan akan menghelat rapat perdana terkait ke arah mana pengelolaan SPK Tulungagung.

Arah-arah yang dishare di grup cukup jelas dan mudah diterka. Sebab, bagaimanapun rute itu pernah saya ketahui sebelumnya. Namun memang saya belum sama sekali menginjakkan kaki ke sana. "Oke, berarti ini pertama kali ke sana. Jangan sampai tersesat!", Gerutu dalam angan.

Kurang lebih 15 menit kemudian, akhirnya saya sampai di warkop Om Dedy dan di sana ternyata telah ada Prof. Na'im, yang sedang asyik memintal bincang dengan Mrs. Zahra. Namun, saya tak tahu-menahu tentang persoalan apa yang sebenarnya menghanyutkan kesadaran beliau berdua.

Sontak saya pun jadi malu, efek molor saat kuliah dulu nyatanya masih kebawa-bawa sampai hari ini, mendarah daging telah lama. Padahal biasanya, dulu tatkala kuliah, kalau datangnya telat, dan kebetulan dosennya killer, mesti tidak diizinkan masuk.

Untungnya, kedatangan saya ke warkop Om Dedy bukan kebutuhan menggugurkan kewajiban kuliah, melainkan ngaji filsafat kehidupan yang isinya fokus pada cerita tentang Nabi-nabi.

Oke, kini di tempat itu sudah ada tiga orang peserta rapat yang kumpul. Saya, Mrs. Zahra dan Prof. Na'im. Sementara mas Dedy selaku suami Mrs. Zahra duduk berjejer berada tepat di samping istrinya.

Perlahan-lahan, kami mulai sibuk mengisi kekosongan waktu menunggu kedatangan teman-teman pengurus yang lain dengan menumpahkan cerita pengalaman hidup yang sesekali diselingi dengan menengok notifikasi di smartphone masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun