Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sengkarut Kemutakhiran Smartphone

5 Agustus 2020   11:47 Diperbarui: 5 Agustus 2020   11:47 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Hingar-bingar kompetisi kemutakhiran smartphone semakin tak terbendung lagi. Persaingan itu semakin ketat dan kian blakblakan, tak sungkan lagi menampakan wajah ke permukaan. Untuk lebih mudah memahaminya, sebutkan saja itu dengan persaingan antara produk teknologi blok Barat dan blok Asia. Antara Amerika-Cina.

Kedua blok tersebut sejak beberapa dekade kekeh bersaing tanpa menghilangkan ciri khas yang membedakan antara satu sama lain. Utamanya dalam hal menjadi tuan atas sirkulasi ekonomi tingkat global.

Bahkan, ada yang menyebutkan, merebaknya Covid-19 di seluruh belahan dunia tidak lain sebagai tunggangan isu konspirasi salah satu blok untuk merebut kembali kekuasaan atas tatanan ekonomi global.

Beberapa hal pun menjadi bahan taruhan yang ditawarkan oleh kedua blok; mulai dari segi kualitas, entitas kapasitas, harga, kejernihan kamera, sampai dengan pemberlakuan garansi sebagai jaminan.

Sebagai dampak produktivitas tersebut lantas berimbas pada sektor marketing dan pendistribusian. Orang-orang yang sibuk terjun bebas pada bagian lapanganlah yang memegang teguh peranan.

Dalam hal ini, sudah barang tentu akan ada banyak kanal-kanal khusus yang telah menjadi jejaring langganan untuk menggencarkan upaya mempromosikan produk smartphone baru pada khalayak ramai.

Salah satu langkah strategis marketing yang diambil ialah dengan berusaha mempromosikan produk-produk tersebut melalui pemasangan iklan. Baik itu pemasangan iklan via media massa yang bersifat satu arah, (baca; majalah, koran, televisi, radio, pamflet, banner) maupun pemasangan iklan via media sosial yang lebih interaktif, (baca; Facebook, Twitter, Instagram, WhatsApp dan lain sebagainya).

Percaya atau tidak, diakui khalayak atau tidak, tentu masing-masing kanal tersebut memiliki potensi dan polarisasi tersendiri yang dipandang sebagai keunggulannya. Misalnya saja, penyiaran iklan di televisi.

Melalui penyiaran iklan di televisi setidaknya akan banyak bergumul dengan durasi dan jadwal jam tayang berapa kali. Semakin sering ditayangkan, sudah barang tentu harganya berbeda lagi. Masalah harga biarlah itu menjadi tanggungan sekaligus rahasia pihak manajemen dan produksi, tak perlu dibahas di sini.

Namun, yang perlu kita perhatikan dan dicermati secara seksama ialah tentang bagaimana penyiaran iklan di televisi itu memainkan peran polarisasi sejak dini.

Coba saja kita bayangkan, seberapa banyak iklan produk smartphone tertentu diputar dalam kurun waktu satu hari. Awalnya kita mungkin sudah terbiasa mengabaikannya, namun dalam skala tertentu akan ada kesempatan yang leluasa memaksakan kita untuk melahapnya terus-menerus setiap hari. Hingga akhirnya secara tidak sadar, lambat-laun iklan itu mendikte kesadaran diri. Turut mempengaruhi pilihan mana yang harus dibeli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun