Mohon tunggu...
Ahmad Saukani
Ahmad Saukani Mohon Tunggu... Administrasi - pensiun bukan lantas berhenti bekerja

pensiun bukan lantas berhenti bekerja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Yang Tua yang Terjebak Pandemi

12 September 2020   07:47 Diperbarui: 12 September 2020   15:12 1324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by JD Mason on Unsplash

Entah dari mana mereka bisa mngetahui nomor ponsel saya. Sebut saja Burger K, M D, KF*, D Donut dan Pizza H hampir tiap hari penjaja makanan aneh-aneh ini menyerbu ponsel saya. Mereka seperti tidak percaya diri dengan produknya sampai begitu gencarnya berpromosi. Kenyataan mereka memang boleh dibilang keok dengan warteg yang setahu saya tidak satupun ada yang  berpromosi demikian ngotot.

Kebanggaan mereka antara lain yang ditawarkan adalah hamburger. Yang diawal perkenalan saya dengan penganan satu ini dari segi rasa maupun tampilan menurut saya agak aneh. Bagaimana tidak aneh menurut saya. Daging yang seperti dimamah dibentuk bulat pipih kemudiam diapit belahan roti.

Dibelahan roti tersebut diolesi cairan kental berwarna putih kemudian dibaluri aleh cairan berwarna merah yang juga kental. Aneh kan? Kedua komponen olahan penganan berupa cairan berwarna merah dan putih dulu tidak dikenal.

Orang tua kita dulu mengenal cairan agak kental berwarna hitam untuk olahan penganan disebut kecap yang sampai saat ini masih eksis. Dibuat dari bahan kacang kedelai. Satu diantaranya disebut-sebut berbahan kedelai hitam yang ditanam dan dirawat seperti anak sendiri.

Soal rasa, cacahan daging yang dibentuk bulat pipih diapit belahan roti kemudian dikasih semacam salep putih dan cairan kental merah tersebut jangan bandingkan dengan rendang padang atau bahkan semur jengkol, bahkan di lidah saya rasanya lebih maknyos lotek atawa juga gado-gado.

Tentang rendang padang atau randang yang sudah mulai dikenal dunia adalah salah satu penganan paling enak di tanah air berasal dari Minagkabau, itu yang ditulis di Wikipedia. Minangkabau di peta Indonesia tidak bisa digeser-geser lagi sebagai wilayah Sumatra Barat.

Tentang Sumatra Barat biasa disingkat Sumbar saja, hari-hari belakangan ini sedang ramai diperbincangkan orang, lantaran seorang petinggi negri entah sengaja atau tidak atau barangkali hanya sekedar slip lidah saja; namun dampaknya luar biasa, sampai-sampai dibahas oleh Datuk Karni Ilyas di ILC.

Selain bakul penganan aneh-aneh yang saya sebutkan diatas yang seperti kurang percaya diri dengan produknya yang menyerbu ponsel saya tersebut; tidak kalah gencar dan brutalnya adalah serbuan dari rentenir yang menawarkan pinjaman, beken belakangan ini disebut pinjol.

Kendati cukup bikin pening pesan-pesan yang masuk ke ponsel saya tersebut harus diakui ada juga diantaranya pesan yang bermanfaat. Seperti antara lain pesan yang dikirim oleh SATGASCOVIG. Sejak pertengahan Agustus lalu setidaknya sudah 3 kali kiriman pesan  dari mereka.

pesan dari SATGASCOVID
pesan dari SATGASCOVID
Pesannya antara lain "Ajak orang lain yang anda kenal selalu pakai masker dengan benar....", "Ayo pakai masker untuk usir corona....". Pesan yang cukup menggugah di tengah pandemi ini.

Kendati sudah bisa berdamai dengan yang namanya hamburger, pizza, ayam goreng kentucky dan semodelnya; tetapi sampai saat ini lidah tua saya masih lebih cocok dengan oncom pepes.

Sejatinya kurang suka saya dengan istilah lansia, kesannya gimana gitu...makhluk sudah bau tanah, ceriwis banyak maunya, lebih banyak kentut ketimbang bersiul (maaf) dan banyak stigma tidak menyenangkan terhadap orang yang sudah tua memang.

Bagusnya dari sebab pandemi membuat orang tua atau lansia seperti saya rasanya semakin disayang orang. Anak, kemenakan, cucu, menantu bahkan tetangga semua kian perhatian dan menyayangi. Cuma apa yang mereka katakan; nyaris seragam "Abah jangan kemana-mana". Padahal mereka semua boleh ke mana saja, masih jalan-jalan, pergi ke Mall, rekreasi.

Akibatnya orang tua seperti saya dan saya yakin banyak lansia seperti saya menjadi serba khawatir, tidak semua pastinya. Kepala pening-pening, perut mulas-mulas masih mikir-mikir untuk pergi periksa dokter, padahal iuran BPJS jalan terus tidak pernah nunggak. 

Tentang BPJS dibilang naik bahkan 2 kali lipat, turut.....kemudian katanya turun dan naik lagi...manut.. bayar terus "wong cilik iso opo" mau protes bagaimana, kemana? Ya apa ada yang mau dengar?.

Beberapa pertemuan rutin yang biasa saya hadiri sudah mulai aktif. Tetapi sejauh ini saya belum ada menghadirinya; sebagai orang tua yang katanya rentan tertular tentu saja saya khawatir. Akan tetapi bukan tertular yang saya takutkan, tetapi kalau sampai tertular bukan mustahil menularkan itu yang saya khawatirkan.

Disebabkan kasus yang terus bertambah Gubernur Anies sudah memutuskan untuk kembali memberlakukan PSBB seperti sebelum masa PSBB Transisi, artinya mulai hari senin nanti kembali akan berlaku aturan-aturan protokol kesehatan secara ketat kepada masyarakat demi memutus penyebaran Covid 19. 

Kendati banyak yang keberatan dengan rencana Gubernur Anies memberlakukan kembali PSBB ketat seperti sebelum PSBB Transisi. Rasanya dan mestinya keputusan tersebut tetap akan diberlakukan mulai hari Senin nanti.

Mestinya di kondisi yang mengkhawatirkan ini menurut saya yang keluar dari pemikiran otak tua saya, masyarakat kendati tidak ada aturan PSBB pun mau membatasi diri. 

Beraktivitas ke luar rumah ketika betul-betul mendesak. Dengan kesadaran sendiri menjalani 3M (menggunakan Masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak). Dan satu lagi mau bersabar untuk tidak dulu kumpul-kumpul.

Saudara, berempati dan sayangilah kaum lansia yang banyak mulai kelimpungan lantaran pandemi ini. PSBB yang akan diberlakukan hendaknya jangan lagi ditawar-tawar bahkan dukunglah sepenuh hati. Semoga Covid-19 segera enyah dari muka bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun