Mohon tunggu...
Ahmad Saukani
Ahmad Saukani Mohon Tunggu... Administrasi - pensiun bukan lantas berhenti bekerja

pensiun bukan lantas berhenti bekerja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lebaran Lontong, Setelah Puasa Syawal

18 Juni 2019   13:40 Diperbarui: 18 Juni 2019   13:44 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lontong, opor ayam dan krecek dok pri

Di beberapa daerah di Jawa ada momen yang disebut Lebaran Ketupat atau biasa disebut Lebaran Kupat. Tidak seperti di Jakarta yang biasa pada hari Raya Lebaran mulai hari pertama dan kedua ada hidangan ketupat dengan penganan pelengkapnya. Di daerah yang biasa melaksanakan Lebaran Kupat biasanya baru seminggu kemudian masyarakat membuat hidangan ketupat.

Tradisi Lebaran Kupat tersebut sepertinya sudah berlangsung lama secara turun temurun. Di daerah yang ada tradisi Lebaran Kupat ini, biasanya mereka baru mengkonsumsi ketupat setelah sekitar seminggu Hari Raya Idul Fitri, di daerah tertentu biasanya Lebaran Ketupat dirayakan pada tanggal 8 syawal.

Kenapa harus tanggal 8 Syawal dirayakannya? Sepertinya ini berkaitan dengan Puasa Syawal. Puasa Syawal sunah dilaksanakan setelah Hari Raya Idul Fitri selama enam hari. Dengan demikian apabila Puasa Syawal dilaksanakan pada tanggal 2 berurutan maka akan berakhir pada tanggal 8 Syawal, saat itulah Hari Lebaran Ketupat dirayakan.

Hari ini Selasa 18 Juni 2019 bertepatan dengan 14 Syawal 1440 terhidang lontong beserta opor ayam dan krecek di meja makan kami,  maka hari ini saya sebut saja sebagai Lebaran Lontong.

Adapun Lebaran Lontong, ini hanya istilah dan bisa-bisanya saya saja. Hal ini lantaran juga berkaitan dengan Puasa Syawal yang dengan susah-payah sudah saya tunaikan selama enam hari. Saya melaksanakannya selama enam hari dengan terputus putus alias tidak berurutan.

Saya bilang susah-payah lantaran Puasa Syawal yang cuma enah hari tersebut buat saya terus terang memang terasa lebih berat dari Puasa Ramadhan yang sebulan penuh.

Puasa Ramadhan umumnya Umat Muslim melaksanakannya kacuali yang berhalangan, karena memang hukumnya wajib. Dengan demikian melaksanakan Puasa Ramadhan buat saya terasa ringan-ringan saja. Bahkan tersa begitu nikmat terutama disaat hendak berbuka sore harinya. Kenikmatan yang tidak bisa diceritakan bagaimana bentuk dan rasanya.

Akan halnya Puasa Syawal, lantaran situasi dan keadaan, banyak yang tidak melaksanakannya. Pula Puasa Syawal hukumnya sunah saja.

Dikondisi seperti itulah saya melaksanakan Puasa Syawal kemarin sampai saya sebut susah-payah. Bahkan ketika mulainya saja ketupat dan penganannya masih komplit  tersedia. Kue Lebaran pun masih sangat komplit, dan yang paling menggoda buat saya adalah camilan  kering-keringan yang berupa rengginang dan kacang bawang. Saya rasa hampir sesiapapun sepakat, bagaimana nikmatnya ngopi atau ngeteh dengan dua macam camilan tersebut...heheh.

Kenapa sampai susah-payah Puasa Syawal tetap saya laksanakan?

Puasa Syawal adalah ibadah sunnah yang amat dianjurkan. Karena banyak manfaat kebaikan bisa didapat. Puasa Syawal yang cuma enam hari setelah Puasa Ramadhan adalah merupakan pelengkap dan penyempurna Puasa Ramadhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun