Mohon tunggu...
Ahmad Saukani
Ahmad Saukani Mohon Tunggu... Administrasi - pensiun bukan lantas berhenti bekerja

pensiun bukan lantas berhenti bekerja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Untung Ada Toa Masjid

27 September 2018   11:35 Diperbarui: 27 September 2018   12:49 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
menara dan toa masjid al ikhlas/dok pribadi

"As sholaatu khoirum minnan naum". Begitu kalimat tambahan dalam Adzan Subuh yang biasa diserukan dua kali sebelum dua kali Takbir terakhir dan kalimat penutup "La Ilaha Ilalloh". Kalimat tersebut yang berarti sholat itu lebih baik daripada tidur. Setahu saya tidak ada seorangpun memaknakan dari kalimat tersebut dengan"bahwa setiap orang disuruh sholat terus dan jangan tidur".

Pemahaman sederhana saya dari kalimat tersebut adalah "Segera bangun dari tidur dan kerjakan sholat".

Setelah sholat ada perintah untuk bertebaran di muka bumi, yang maknanya berusaha dan bekerja untuk mencari rezeki. Dan kalau masih mlingker "rezeki lu bisa dipatok ayam" itu candaan orang yang menggambarkan jika bermalas-malasan akan nihil hasil.

Saya sangat mengagumi keistiqomahan saudara-saudara saya di grup. Pagi-pagi buta bahkan jauh sebelum adzan subuh mereka sudah saling bersahutan saling mengingatkan untuk bersegera ke Masjid. Padahal mereka bukan pengangguran seperti saya, rerata mereka punya kegiatan rutin yang sudah harus siap di kantor sekitar jam tujuh-jam delapan. Bahkan diantaranya ada yang punya kedudukan penting.

pak H Edy top banget beliau/dok pri
pak H Edy top banget beliau/dok pri
Mereka kalau pakai bahasa Slanker enggak ada  matinya, maksud saya tidak ada bosan-bosannya, bahkan beberapa diantaranya seringkali sebelum OTW ke Masjid mereka sempatkan Sholat malam dan mengingatkan saudara lainnya untuk makan sahur buat yang niat berpuasa. Alhasil menurut saya mereka inilah ujung tombak dari pasukan yang Memakmurkan Masjid, yang membuat Masjid selalu hidup dan tidak ada sepinya dengan dzikir dan salawat.

 Tidak berlama-lama kisaran sepuluh menit saja, bahkan di Masjid Al Ikhlas dekat kediaman saya, pak Haaji Das salawatan sering kurang dari sepuluh menit sudah masuk waktu Adzan Subuh. Buat saya alunan solawat-nya pak Haji Das sebelum waktu Adzan Subuh ini amat bermanfaat menggugah agar saya segera bangun dan bergegas ke Masjid, kendati masih saja selalu terlambat. Bisa jadi andai tidak ada suara toa-nya pak haji Das saya masih melingker di atas kasur jadi bahan tertawaan matahari.

Ketika saya sedang menuju Masjid seringkali saya dapati saudara-saudara kita yang non Muslim sudah bercucuran keringat, ada yang cuma jalan santai saja, ada yang berlari-lari kecil. Mereka tidak menyia-nyiakan segarnya udara pagi.

Sudah berolahraga sepagi itu, itu artinya mereka sudah lebih dulu bangun daripada saya, dan bisa jadi mereka sudah terbangun bahkan dari sebelum pak haji Das menghidupkan toa-nya. Itu kadang membuat saya malu.

Lha kan ada weker atau beker, kalau memang niat bangun pagi tidak usah menunggu toa-nya pak haji Das. Weker bisa distel agar berdering sepuluh menit atau seperempat jam sebelum waktu Adzan.

Beda. Weker adalah benda mati baru hidup ketika kita kasih batrey, itupun ketika berdering akan segera mati cukup sekali sentil saja. Beda dengan suara merdu salawatan pak haji Das, seperti ada kontak bathin yang akan menyentak kita agar segera bergegas dan berkemas, paling tidak buat saya awalnya mungkin karena malu saja dengan pak Haji Das sehingga saya harus sholat Subuh berjamaah di Masjid.

Tentu saja saya punya niat agar ke Masjid bukan lantaran malu terhadap pak Haji Das, saya akan merubah niat agar sholat jamaah saja dan semua tindakan saya ikhlas karena Alloh. Dan seperti saudara-saudara saya di Grup, harus sudah siap sebelum suara toa pak haji Das bergema.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun