Mohon tunggu...
Muhammad Andrea
Muhammad Andrea Mohon Tunggu... Petani - Instagram @muhammad_andreaa

Menulis adalah memelihara Ilmu Pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Masifnya Gerakan Wahabisme di Media Sosial

30 Mei 2019   19:33 Diperbarui: 30 Mei 2019   19:51 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam perkembangan Islam di dunia modern, tentu akan muncul banyak pertanyaan di kalangan umat Islam di Indonesia, terlalu banyak corak-corak baru yang muncul di permukaan, sehingga tidak bisa membedakan diantara satu dengan yang ain, tidak bisa memebedakan golongan A dan B, karena mereka mempunyai paham sendiri-sendiri dengan Aturan atau prodak hukum yang telah dibuat di dalam persoalan i'tiqad, Paham dan Ibadah.

Akhir-akhir ini saya sempat bingung dengan keberadaan Islam yang ada di Indonesia, saking banyaknya kubu-kubu kecil hingga besar terkait pemahaman terhadap islam membuatku semakin resah dan galau untuk memaknai sebuah Islam itu sendiri, jika Islam saya memaknai sebagai keyakinan terhadap Allah, tentu orang lain juga demikian, atau saya mengakuisisi sebagai Ahlus Sunnah Wal-Jama'ah tentu mereka juga demikian. Membaca persoalan sejarah Islam tak lepas dengan perebutan kekuasaan dalam struktur kepemimpinan Islam diera Kholifah Ali Bin abi Tholib, tentang bagaimana Al-Quran sebagai legitimasi politik dalam mendapatkan keuntungan masa itu dan bisa menguasai Jazirah Arab.

Singkat pembahasan, Islam Indonesia yang lahir di abad 14 menjadikan inspirasi baru bagi masyarakat Jawa dan sekitarnya, cerita Negeri Dongeng jawa sebelum Islam menjadikan mitos mutlak atas keberadaan pajajaran kerajaan yang pernah jaya di Nusantara yang dipelopori oleh pendekar-pendekar sakti dari Kerajaan Majapahit. Masayarakat Indonesia mengenal dengan ajaran Islam yang di bawa oleh para Walisongo dengan jalur perdagangan sambil da'wah membuah hasil yang memuaskan, beberapa ratus tahun kemudian, Islam menyebar diberbagai daerah di Indonesia dengan paham-paham Moderatisme dan mampu menerima perbedaan tanpa ada unsur politik-politik praktis dalam perebutan kekuasaan.

Jika kemenangan perjuangan para walisongo dahulu dalam menyebarkan Agama Islam dengan jalur perdagangan sambil Da'wah, apakah masih tidak percaya dengan gerakan-gerakan baru yang dilakukan oleh Salafi Wahabi di zaman Modern, mereka melakukan gerakan Masif di dunia Bisnis dan Da'wah di Media Sosial online, seperti Via Instagram, Website, Line, Watshap dan Youtube dan Grup Watshap. Media-media online tersebut dijadikan transportasi baru bagi orang-orang Wahabi, hampir disetiap Detik, Menit dan Jam mereka selalu Update tentang seputar dunia Islam semi-semi Syar'i, sampai hari ini yang lagi viralnya kata Hijrah sempat menjadi trending utama dikalangan pemuda milenial.

Rutin Syuriah Nu di Jombang 2015, bahwa paham Salafi Wahabi pertama-tama dikembangkan oleh Muhammad Bin Abdul Wahab. Seorang Ulama yang belajar dari gagasan Ibn Taimiyah dan madzhab Hambali. "Dia mengembangkan paham mujassimah-nya di kampung halamannya, tetapi ditolak oleh keluarga dan masyarakatnya. Di saat keluarga Ibn Saud, atas bantuan pembesar militer Inggris, berhasil menguasai jazirah Arab, menggunakan paham yang dikembangkan Muhammad bin Abdul Wahab sebagai asas teologinya.

Paham Wahabi sangat berlebihan dalam memaknai bid'ah (tawassa'a fil bid'ah), tidak saja dalam urusan ibadah, tetapi semua hal yang tidak ada dalam sunnah dikatakan sebagai bid'ah, dan bid'ah apapun bagi mereka adalah dlolalah (sesat). "Mereka tidak mengenal bid'ah sayyi-ah (buruk) adan hasanah (baik). Misalnya, tentang jenggot, bukan persoalan ibadah. Karena Nabi SAW berjenggot, maka bagi mereka memotong jenggot haram.

Kyai Wazir juga menceritkan tentang kehidupan Salafi wahabi, ketika orang-orang wahabi bepergian di suatu tempar baru, pertama-pertama yang dituju adalah makam/kuburan, mereka akan membungkar kuburan yang ada cangkupnya, kerena menyerupai dengan Masjid, tidak hanya itu mereka juga melarang bertaqorrub dan Bertawasul kepada orang-orang Sholeh atau Waliyullah dan membaca Tahlil, Istigotsah, Manaqiban dsb.

Maka dari itu ada 5 benteng yang ditawarkan oleh Kyai Wazir kepada kalangan warga NU agar bisa menjaga stabilitas pemahaman terhadap Ahlussunah Wal-jama'ah (Aswaja) An-Nadliyah menukil pendapat Syekh Abu Zahroh, ada 5 (lima) manhaj dalam Islam. Manhaj tersebut yang pertama adalah Manhaj Falasifah, yang menggunakan ayat-ayat teologi dan nalar (rasio) dalam menerangkan tentang ketuhanan.

Manhaj yang kedua lanjutnya, yaitu Manhaj Mutakallimin (Mu'tazilah). Madzhab ini secara umum menggunakan qodiyah aqliyah (ketetapan nalar) daripada nash al-Qur'an. Akal digunakan untuk memaknai nash. Ayat-ayat yang terkait dengan aqidah harus sejalan dengan dengan rasio, meskipun terkadang keluar dari ketentuan nash al-Qur'an.

Manhaj selanjutnya, tambah dia, adalah Manhaj Maturidiyah yaitu  memahami dengan nash al-Qur'an dan Hadist tetapi juga didukung oleh rasio. Kemudaian yang keempat, yakni Manhaj Asy'ariah yang selalu berpegang kepada al-Qur'an dan Hadist tetapi juga tidak mengenyampingkan rasio (dalil-dalil aqliyah). Dan yang terahir Manhaj Salafi/Wahabi. Manhaj ini hanya menerima nash al-Qur'an dan Hadist tanpa melakukan ta'wil (menggunakan rasio) sama sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun