Mohon tunggu...
Manda Gloria
Manda Gloria Mohon Tunggu... Petani - "Setiap kebaikan perlu diabadikan"

"Menulislah! Untuk perubahan."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ancaman Nyata Kelaparan

15 Juni 2021   07:36 Diperbarui: 15 Juni 2021   08:01 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tak hanya pandemi yang menghantui penduduk dunia. Bayang-bayang kelaparan juga berada di pelupuk mata. Tanpa ada pandemi saja kematian akibat kelaparan cukup tinggi. Adanya pandemi kian memperburuk keadaan. Kondisi negara-negara dalam konflik lebih memprihatinkan lagi. 

"Jutaan orang kelaparan di Suriah, sebagian besar karena kegagalan pemerintah untuk mengatasi krisis roti yang ditimbulkannya," ujar Sara Kayyali, peneliti Suriah di Human Rights Watch (republika.co.id, 30/05/2021). Padahal roti merupakan makanan pokok warga Suriah. 

Sebelum tahun 2011, Suriah mampu memproduksi memproduksi cukup gandum untuk memenuhi kebutuhan konsumsi roti dalam negeri. Namun, sejak perang berkecamuk di Suriah, produksi dan persediaan roti pun mulai menipis. Akibat lahan yang kian menyempit serta banyak toko roti yang ikut hancur dan tidak dapat beroperasi selama konflik.

Hal serupa juga terjadi di Myanmar. Program Pangan Dunia (WFP) mendengungkan bahwa jutaan warga di Myanmar kini menghadapi ancaman krisis pangan dan kelaparan ekstrim. Ekonomi dan sistem perbankan telah lumpuh sejak perebutan kekuasaan militer yang mendorong pemimpin sipil Aung San Suu Kyi lengser pada bulan Februari lalu (lenterasultra.com, 29/05/2021).

Krisis pangan yang melanda berbagai belahan dunia tak lepas dari sistem kapitalisme. Sifatnya yang eksploitatif tanpa memperhatikan alam terbukti telah merusak lingkungan. Negara berkembang yang mana operasionalnya bersandar pada utanglah yang mengalami eksploitasi SDA tanpa bisa melakukan perlawanan.

Penerapan sistem kapitalisme juga menyebabkan kesenjangan semakin nyata. Kekayaan hanya berputar pada segelintir orang. Sedangkan mayoritas masyarakat didekap erat oleh kemiskinan. Mereka yang kaya memiliki suplai makanan berlebih. Sedangkan yang miskin akan kekurangan persediaan makanan. 

Sebab susahnya mencari pekerjaan, di sisi lain gelombang PHK terus menerjang. Harga pangan yang tersedia justru melambung tinggi. Seharusnya dalam kondisi semacam ini perlu adanya uluran tangan dari para pengemban amanah masyarakat.  

Namun, yang disayangkan para pemimpin dalam sistem sekuler kapitalis memilih abai. Mereka hanya mendudukkan diri sebagai regulator dan fasilitator bagi para pemodal. Bukan berperan sebagai pelayan masyarakat. Padahal yang dibutuhkan kaum muslim adalah junnah (pelindung).

Inilah yang ditawarkan oleh Islam. Dalam Islam pemimpin melaksanakan tugasnya sebagai pelayan masyarakat. Pemimpin berperan sebagai junnah bagi umat Islam. Mereka sangat paham bahwa setiap amanah kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Oleh karenanya mereka melakukan kewajibannya penuh dengan kewaspadaan.

Sebagaimana pernah dicontohkan oleh khalifah Umar bin Khaththab kala paceklik melanda di sejumlah wilayah kekuasaannya dan menyebabkan kelaparan. Selama itu ia hanya makan roti dan minyak sehingga kulitnya berubah menjadi hitam. Umar Radhiyallahu 'anhu berkata: "Akulah sejelek-jelek kepala negara apabila aku kenyang sementara rakyatku kelaparan."

Ketika menerima informasi adanya kelaparan, beliau cepat tanggap terhadap keadaan dan menindaklanjuti laporan. Segera membagi-bagikan makanan dan uang dari baitul ml hingga gudang makanan dan baitul ml kosong total. Beliau juga mengirimkan surat ke wilayah yang tidak mengalami paceklik untuk mengirimkan bantuan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun