Mohon tunggu...
MamikSriSupadmi
MamikSriSupadmi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Anggota Bank Sampah Desa. Anggota Fatayat Muslimat NU Ranting

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Mudah Marah dan Tetaplah Berlembut Hati: Wasiat Nabi untuk Kedamaian Kehidupan

19 Oktober 2021   12:16 Diperbarui: 19 Oktober 2021   12:18 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap tahun kita selalu diajak ber "muhasabah" yang artinya terdiam merenung sebentar mengoreksi kekurangan diri sendiri. Berkontemplasi sejenak dengan ruhaniah batin kita , barangkali ada kegelisahan, ketidaknyamanan dalam mengarungi perjalanan kehidupan, dan jujur pada diri kita sendiri mencari penyebab semua itu. Barangkali hati kita yang harus beristirahat sejenak dan akhirnya menemukan kendala yang berasal dari ke "egoan" pribadi kita.

Setiap dari kita adalah warga masyarakat dan tentu saja harus hidup bermasyarakat serta mematuhi aturan norma norma yang berlaku. Menjadi bagian dari institusi pekerjaan, keluarga besar dan penduduk otomatis akan ada hak dan kewajiban yang secara sadar kita jalani. 

Dan dari sinilah kadang ada gesekan dengan orang lain, tidak puas dengan situasi dan kondisi yang ada karena tidak sesuai ekspetasi, rasa tak cocok adalah beberapa "penyakit hati" yang muncul dan kalau tidak segera terobati akan merembet ke indera yang lain. 

Mata yang menatap sinis, lidah yang mudah mengeluarkan kata kata yang tajam dan menusuk perasaan orang lain. Ditambah lagi dengan kecanggihan tehnologi masa kini, tangan kita jadi bermain lebih lincah di semua media sosial dan mewakili semua panca indera untuk berucap dan memberikan komentar yang nyinyir,asal njeplak atau bahkan menghujat. 

Tidak pakai acara ragu ragu apalagi malu, status di WA, FB, twitter ataupun insta story sering menggambarkan suasana hati yang bermaksud menyindir, pamer dan ada juga yang diam diam berseteru dengan memanfaatkan media sosial yang ada . Kalau dinasehati, jawaban hanya menstatus tanpa menyebut nama jadi pembenaran. Semacam kegiatan iseng jadinya, tetapi diam diam kepuasan tersendiri didapat apabila target sasaran membacanya. Iya, apa iya??

Sebagai manusia, makhluk Tuhan yang dianugerahi dan diamanahi banyak hal,sepatutnya kita banyak bersyukur. 

Mata  memang harus jeli dan kritis tetapi gunakan pada hal yang tepat. Apabila ingin mengoreksi atau memberikan masukan dan argumentasi banyak tersedia saluran yang pas untuk menyampaikan opini. Perlu juga disadari, kita hidup berdampingan dengan orang lain sehingga seribu kepala yang hidup, tumbuh pula seribu opini silih berganti. Tidak apa dong, artinya semua memanfaatkan kemampuan akalnya un tuk berpikir.

Untuk forum lingkungan dan organisasi juga sudah ada tuntunan musyawarah untuk mufakat. Semua punya hak untuk menyampaikan isi di kepala sehingga uneg uneg hati keluar. 

Agar plong tentu saja....  karena bibit penyakit hati yaitu uneg uneg yang tidak tersampaikan memang harus dikeluarkan. Agar tidak menumpuk tumpang tindih dengan pikiran lain dan menjadilan penyakit baru yang namanya gampang emosi. Emosi alias marah marah tentu saja wujud penyakit hati tak terkendali dan sepertinya gampang emosian ini adalah penyakit jamak yang banyak melanda masyarakat saat ini.

Ditambah lagi dengan situasi kondisi pandemi yang memang banyak menghadirkan suasana duka dan nestapa sosial ekonomi silih berganti, hati kita benar benar diuji. Andai semua menyadari bahwa periode ini adalah memang ujianNya dan kewajiban kita untuk tetap bersabar dan berikhtiar agar bisa bersama sama melewati, tentu emosi kita lebih stabil. Rasullulah pernah ditanya oleh sahabat tentang resep kehidupan. 

Beliau hanya menjawab " Jangan marah.. Jangan mudah marah. Dan janganlah engkau mudah marah ". Diulang tiga kali dan tuntunan mengendalikan emosi yaitu jangan mudah marah menjadi yang utama. Ilmu psikologi sederhana agar kita enjoy dalam kehidupan. Suka duka, silih ganti persoalan ya begitulah kehidupan. 

Marah marah tak tentu memang banyak berakibat negatif. Sebut saja, badan akan terasa tidak sehat karena menghabiskan energi, mengurangi rasa bahagia sehingga gampang jantungan dan tensi tinggi akan mudah mampir. Marah marah juga menimbulkan keengganan orang lain untuk mendekat, malas berhubungam sosial karena takut gampang tersinggung. Bukan segan atau sungkan tapi jengah dan menjauh daripada kena marah. Dan tentu saja marah marah itu tidak akan menyelesaikan masalah.

Tauladan Rasullulah yang harusnya kita terapkan dalam pergaulan sehari hari adalah berlemah lembut dan berkasih sayang dengan semua makhluk. Dan juga kepada lingkungan kita hidup yaitu alam seisinya. Memahami bahwa watak manusia memang berbeda, tumbuh dari lingkungan yang berbeda pula harusnya memberikan kita pemahaman bahwa kita harus saling hormat, saling menjaga perasaan satu sama lain. 

Perbedaan yang menyenangkan agar hidup penuh warna dan masing masing bakat manusia harusnya bisa bekerja sama. 

Karena ini kan memang titah hidup, supaya saling mengenal satu sama lain dan menjaga harmonisasi kehidupan. Sejahtera dan kebahagiaan kita untuk bisa selamat dan sukses mengaruhi hidup, sudah dipikirkan oleh Rasullulah. Renungilah setiap wasiatnya. Buang ego pribadi apabila yang kita lakukan semata untuk menuruti keinginan hati yang juga belum tentu kapan puasnya. Ingat dalam hati dan terapkan jangan ragu spirit wasiat Rasulullah untuk menuntun kehidupan. Maulid Rasul akan selalu hadir, menengok kita, mengingatkan  pribadi untuk berperilaku sejuk.  Mari berefleksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun