Mohon tunggu...
MamikSriSupadmi
MamikSriSupadmi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Anggota Bank Sampah Desa. Anggota Fatayat Muslimat NU Ranting

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

"Food Combining", Resep Bapak Sukses Berhenti Merokok

6 Oktober 2021   18:00 Diperbarui: 17 Oktober 2021   10:43 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bapak saya termasuk perokok dari masa lajangnya hingga pensiun. Awal mula kebiasaan merokok dulu dimulai dari lingkungan pekerjaannya. 

Kebetulan bidang pekerjaan Beliau banyak berkutat di lapangan dan terkadang shift malam. Alasan klasik agar bisa tekun dan konsentrasi dalam pekerjaan ditambah juga untuk teman bekerja melewati dinginnya hawa malam menjadi penguat bahwa merokok merupakan gaya hidup dari orang yang sudah bekerja. 

Teman merokok sudah pasti ngopi ngopi. Makin ramai makin asyik. Dan tambah giatlah mereka bekerja karena ada semacam doping dari kombinasi ramuan rokok dan hangatnya kopi.

Kebiasaan merokok di tempat kerja ini akhirnya terbawa hampir disegala suasana. Kumpul keluarga, mengerjakan hobbinya berkebun, memperbaiki sisi rumah, membuat kursi santai dan kerajinan dari kayu lainnya dikerjakan sembari berbatang rokok tak henti mengepul. 

Mungkin pikiran jadi tambah tokcer atau meniru bahasa seniman, inspirasi mengalir didapat sembari mengisap rokok ciri pria sejati. 

Budaya merokok yang dicitrakan sebagai kebiasaan pria yang gentleman, gaya hidup yang benar benar lelaki dan fasilitas pendukung yang luar biasa untuk budaya merokok inilah yang tentu saja menjadikan kebiasaan merokok itu mudah tersebar dan gampang dilakukan kapan saja. Selamatan alias kenduren saja, warga lingkungan dapat jatah sebatang rokok yang diselipkan ke telinga kok. 

Apalagi ikut panitia hajatan lingkungan, sebungkus dua bungkus gratis deh. Itulah mengapa saya sebut fasilitas pendukung untuk merokok itu banyak.

Saya yang serumah dengan perokok aktif benar-benar menerima "dampak sebagai perokok pasif". Puntung yang sering tidak dibuang pada tempatnya. 

Bau keringat perokok yang masih menempel di bekas baju, sofa, dan sprei sarung bantal membuat kami harus lebih ekstra sering mengganti dan membersihkan.

Kecerewetan ibu saya saja tak mampu menghentikan gaya merokok bapak yang "bull bull khas pegawai sepur". Maklum Bapak rajin bekerja, dan merokok juga tidak terlalu menguras isi kantong. 

Rokok "tingwe", ngelinting dewe dengan kertas papir,mbako dan cengkeh sesekali dia lakukan. Saya pun pernah membaui harum dan manisnya kertas papir tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun