Mohon tunggu...
Maman A Rahman
Maman A Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Darah Malam Pertama

22 Oktober 2010   23:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:11 1260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Malam pertama, malam sejuta cerita.Demikian kalau boleh saya melukiskan. Setiap orang yang pernah menikah mempunyai berbagai cerita tentang malam pertamanya.Dari yang “sukses” maupun yang membutuhkan waktu lebih lamalagi untuk memperoleh kenikmatan bersama.

Salah satu cerita malam pertama yang sering kita dengar adalah cerita tentang “darah perawan”. Ada pasangan yang menjumpai darah di malam pertamanya. Ada pula yang tidak menemukan setetes darah pun di seprainya.

Sikap masing-masing orang pun beragam dalam menyikapi darah malam pertama. Sebagian orang berpendapat bahwa darah malam pertama adalah sebagai sebuah tanda keperawanan seorang perempuan. Sebagian yang lain berpendapat bahwa adanya darah yang menetes pada malam pertama bukan menjadi salah satu pertanda perawan atau tidaknya seorang perempuan.

Bagi kelompok pertama yang berpandangan bahwa keperawanan ditandai dengan keluarnya darah di malam pertama akan mencurigai pasangan atau istrinya telah berhubungan dengan lelaki lain sebelum dengan dirinya. Keperawanan diyakininya sebagai sesuatu “kesucian perempuan”. Tidak jarang kelompok yang mempunyai pandanga ini akan mempersoalkan tidak adanya darah yang keluar dari seorang perempuan pada malam pertamanya.

Sedangkan bagi kelompok yang kedua yang tidak mempersoalkan ada tidaknya darah pada malam pertama, mereka tidak memperdulikan ada atau tidaknya darah yang keluar dari pasangannya. Mereka berpendaat, pertama, keluarnya darah pada malam pertama pasangan pengantin baru bisa terjadi, bisa juga tidak. Karena hal ini bisa terjadi karena selaput dara itu begitu tipis sehingga bisa jadi sudah sobek sejak kecil karena naik sepeda, jatuh atau karena hal lainnya.

Kedua,Keperawanan seorang perempuan bukan segalanya. Meskipun demikian kelompok ini setuju bahwa setiap orang harus menjaga kehormatan dirinya. Tidak hanya perempuan tetapi juga para lelaki. Kualitas seseorang, perempuan maupun laki-laki tidak hanya dilihat dari sisi sesksualitasnya saja tetapi dilihat dari sisi kemanusiaan secara keseluruhan, yang mempunyai kepribadian yang sangat komplek.

Ketiga, mitos keperawanan yang dianggap oleh sebagian orang sebagai sesuatu yang “luar biasa” disikapi dengan sesuatu yang “wajar” dan setara antara perempuan dan laki-laki.Laki-laki menuntut keperawanan seorang perempuan. Perempuan juga bisa menuntut keperjakaan seorang laki-laki. Memang kalau ukuranya pisik seperti perempuan dengan masih utuhnya selaput dara. Sedangkan keperjakaan lelaki akan sulit untuk mengukurnya .

Karena ukuran pisik seperti di atas tidak bisa menandai ukuran yang setara antara perempuan dan laki-laki maka sesungguhnya kita membutuhkan satu ukuran yang setara untuk melihat “keperawanan” atau “keperjakaan” seseorang.

Mungkin yang perlu dipentingkan dalam menjalin hubungan perempuan dan lelaki adalah perasaan cinta yang tulus yang masing-masing pribadi berhasrat untuk memberi tanpa harap menerima dan memberikan kepercayaan kepada pasangan masing-masing. Dengan demikian, mereka telah menjadi perawan dan perjaka pada malam pertamanya tanpa memperdulikan adanya darah atau tidak. Wassalam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun