Mohon tunggu...
Man Suparman
Man Suparman Mohon Tunggu... w -

Man Suparman . Email : mansuparman1959@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Berhenti Merokok tak Buta Aksara Lagi

6 Desember 2017   15:01 Diperbarui: 7 Desember 2017   09:23 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tetapi setibanya di stasiun balapan, aku beraksi lagi, aku merokok lagi. Untuk berhenti merokok sesaat pun rasanya sangat sulit, apalagi berhenti total, kecuali ada alasan yang sangat kuat sehingga berhasil berhenti merokok.

Nah, sejak tahun 2011 atau hingga saat ini sudah enam tahun berhenti merokok. Sebelumnya tahun 2003 s.d 2006 pernah pula berhenti merokok, namun gagal, dan kembali merokok, karena tak tahan godaan dalam keseharian bergaul dengan para perokok, atau yang pasti, karena niat atau keinginan untuk berhenti merokok hanya setengah hati.

Hingga saat ini,masih bertahan berhenti merokok, selain alasan ingin hidup sehat, juga memiliki niat yang kuat tidak ada alasan untuk merokok lagi. Kedua alasan itu, semakin memperkokoh menjalani kehidupan bebas dari rokok atau hidup tanpa rokok, sekalipun dalam keseharian bergaul dengan para perokok.

Banyak manfaat yang luar biasa sejak berhenti merokok, nafas terasa lega, ketika bangun pagi tenggorokan merasa nyaman, sangat jarang menderita penyakit batuk atau flu, badan sehat terasa fit. Padahal sewaktu menjadi perokok sangat rentan terkena kedua penyakit tersebut, jika sudah terkena, penyembuhannya bisa memakan waktu tujuh atau delapan hari.

Tidak hanya itu, sekarang ini, anak dan istri bergembira, karena saya tidak buta aksara lagi, sudah bisa membaca arti kesehatan pada sebungkus rokok yang berbunyi "Merokok sangat membahayakan bisa menimbullkan hipertensi dan kanker". Hahaha....!

Merokok, memang membahayakan, rokok mengandung lebih dari 4000 zat kimia, sebanyak 60 di antaranya bersifat karsinogenik atau menyebabkan kanker. Pasien kanker paru, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), stroke, dan jantung koroner, kebanyakan adalah perokok.

Kampanye anti merokok terus digencarkan, pelbagai saran disampaikan kepada pemerintah mulai dari larangan iklan, naikkan cukai hasil tembakau, naikkan PPN rokok. Walaupun sudah ada upaya-upaya seperti peringatan rokok membahayakan dalam setiap bungksu rokok, namun angka perokok masih belum bisa ditekan.

Tetapi nampaknya pemerintah juga setengah hati dalam menekan jumlah perkok, apalagi untuk sampai menghentikan rakyat Indonesia agar tidak merokok. Larangan merokok terkesan seperti dagelan, atau setengah hati, jika serius, pemerintah bisa saja menutup semua pabrik industri rokok.

 Untuk menutup semua pabrik rokok, memang memiliki risiko yang sangat besar, karena kita tahu di luar sana ada ribuan petani tembakau, ratusan ribu buruh pabrik rokok. Belum lagi dalam urusan rokok ini, banyak uang yang mengalir kepada para politisi, banyak kegiatan seperti sepak bola, bahkan kegiatan politik yang disponsori industri rokok.

Industri rokok juga telah melahirkan banyak milyuner yang sesungguhnya mereka menjadi kaya raya, karena orang miskin yang sebagian besar perokok, mereka dibuat kaya oleh orang-orang miskin perokok. Padahal dampak negatif rokok dapat merusak masa depan bangsa. Begitu, barangkali.

000

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun