Mohon tunggu...
Maman Faudzi
Maman Faudzi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate at Ahmad Dahlan University

Bachelor degree of Development Economics at Ahmad Dahlan University

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Pelaku Budaya dan Seni di Era Disrupsi

14 Januari 2022   09:52 Diperbarui: 14 Januari 2022   09:56 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Era disrupsi merupakan era dimana muculnya inovasi-inovasi teknologi  yang dalam aktivitasnya mampu menggeser pola-pola lama kehidupan sosial bahkan menciptakan anomali (Christensen, 2015). Kemajuan teknologi ini telah membentuk ulang cara berinteraksi dan berkomunikasi yang menjadikan ciri dari masyarakat modern saat ini.

Dapat dikatakan kita saat ini telah memasuki era Double Disruption yang diyakini merupakan bagian dari dampak pandemi COVID-19. Dampak dari pandemi COVID-19, dalam hal ini kemajuan teknologi, telah mengubah opini pasar dan pola pemikiran masyarakat secara cepat dan massive. Lahirnya jejaring maya sebagai salah satu entitas dari kemajuan teknologi kini telah menggeser berbagai aktivitas yang awalnya dilakukan di dunia nyata beralih ke dunia maya.

Sektor kebudayaan juga tak luput dari dampak disrupsi. Kemajuan teknologi mampu membawa keberkahan bagi pelaku budaya dan seni. Penggunaan gadget dan internet terutama di kalangan muda Indonesia mendorong terjadinya disrupsi di sektor kebudayaan, terkhusus pada saat pandemi COVID-19. Dimana hal ini merupakan angin segar bagi pelaku budaya dan seni yang notabene eksistensinya terancam akibat dari mewabahnya virus berbahaya tersebut.

Di era kemajuan pesat teknologi informasi saat ini, semua hal informasi dan berita dapat langsung diakses melalui smartphone. Mungkin dahulu pelaku budaya maupun seni harus bersusah payah membuat pameran untuk menunjukkan hasil karyanya kepada masyarakat luas misalnya. Namun, adanya kemajuan teknologi dapat mengubah pameran seni yang awalnya dilakukan secara langsung di dunia nyata kini dapat beralih ke dunia maya/virtual.

Adanya situs seperti Artsteps.com, Exhibbit.com, dsb. telah memudahkan pelaku budaya dan seni memamerkan karya-karyanya kepada masyarakat luas. Hal ini secara tidak langsung menguntungkan pelaku budaya maupun seni dalam hal persiapan tenaga, finansial, maupun pikiran apabila ingin memperkenalkan karyanya kepada masyarakat. 

Selain itu, pameran seni virtual ini juga dapat menjangkau masyarakat lebih luas lagi, memudahkan akses masyarakat dalam mengakses seni, serta efisien dari segi ruang dan waktu. Namun demikian, pameran virtual mungkin dirasa jauh berbeda dari segi rasa dan tingkat kepuasan apabila dibandingkan dengan pameran seni secara langsung. Akan tetapi, dalam kondisi pandemi seperti ini, hal tersebut merupakan jalan terbaik agar keberlangsungan pelaku budaya maupun seni dapat terus berlanjut eksistensinya di masyarakat.

Di samping itu juga, pesatnya kemajuan teknologi informasi, dalam hal ini media sosial, seperti Instagram, Twitter, TikTok, dll. sudah menjadi makanan sehari-hari generasi milenial. Lewat jejaring sosial seperti ini menjadi cara cerdas mengenalkan budaya-budaya lokal di Indonesia. Dengan mengikuti trend atau mode yang sedang booming di masyarakat yang kemudian dimasukkan unsur-unsur budaya lokal. 

Ditambah lagi akhir-akhir ini media sosial seperti TikTok menjadi bulan-bulanan di masyarakat, segala aktivitas dengan mudah tersebar dan menjadi perbincangan masyarakat dunia maya/netizen. Oleh karena itu, patutlah pelaku budaya maupun seni bahkan kita sebagai generasi milenial secara umum dapat mampu melihat peluang sehingga tidak hanya mengikuti trend semata melainkan dapat ikut andil melestarikan dan mengenalkan budaya lokal ke masyarakat.

Dengan demikian, kita sebagai generasi muda sudah selayaknya mengikuti dan tidak menutup adanya perubahan yang terjadi saat ini. Perubahan yang terjadi kita jadikan sebagai tantangan sekaligus wawasan baru yang kemudian kritis mencari peluang memanfaatkan daripada kemajuan-kemajuan yang terjadi. Dengan demikian, menjadikan kita sebagai pribadi dapat cerdas yang dapat menerima perubahan, seperti kata Albert Einstein, “Ukuran kecerdasan adalah kemampuan untuk berubah.”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun