Mohon tunggu...
GOOD THINGS
GOOD THINGS Mohon Tunggu... -

♥ Mamak Ketol ♥ PEREMPUAN bersarung yang suka gonta-ganti nama sesuai judul tulisan terbaru ♥ "Nothing shows a man's character more than what he laughs at."(Goethe) ♥

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mehndi, Pacar India Selayang Pandang

19 Oktober 2010   01:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:19 2162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan tradisinya, mehndi atau pewarnaan dengan menggunakan daun pacar ala India ini dipakai untuk mempercantik pengantin wanita. Kebiasaan menghias kaki dan tangan dengan menggunakan henna ini memang berasal dari India kuno. Di Semenanjung Medeterania, seni mempercantik tubuh dengan henna sudah dikenal sejak zaman perunggu. Selain dipakai untuk menghias pengantin, di India, mehndi dikenakan pada perayaan-perayaan seperti Diwali, Bhaidooj, Karva Chauth, Teej, dan Idul Fitri. Henna dipercaya dapat membawa berkah, mendatangkan keberuntungan, kesenangan sekaligus untuk mempercantik diri. Kegiatan seremonial mehndi ini kemudian menyebar ke Pakistan, Nepal, Bangladesh dan Sudan, dimana di negara-negara ini pengantin pria nya ikut didandani dengan henna. Di Assam, selain mempelai, para gadis yang belum menikah lazim mengenakan hiasan henna pada acara Rongali bihu. Di Arab Saudi, Mesir, Moroko dan beberapa negara di Asia Tengah seperti Mauritania, Yaman, Libia, Somalia dan Sudan, mehndi menjadi ritual dalam acara pertunangan, peringatan nuju bulan, dan setelah melahirkan. [caption id="attachment_294082" align="aligncenter" width="480" caption="Mehndi untuk anak-anak ©Mamak Ketol™"][/caption] Dalam perkembangannya, mehndi menjadi semacam mode yang dapat dipakai kapan saja dan oleh siapa saja termasuk anak-anak. Di Inggris, mehndi, seperti halnya face-painting, cukup populer dikalangan anak-anak. Salon kecantikan dan pusat bridal khusus mehndi pun menjadi lahan bisnis, dimana henna dipadu padankan dengan glitter, sepuh emas dengan motif-motif kontemporer seperti garis lurus. Bisnis yang merambah ke rumah-rumah ini tak hanya melayani pengantin, tapi juga ratusan tamu yang hadir dalam upacara perkawinan. Sejak akhir tahun 1990an, mehndi semakin populer di negara "barat", dan dikenal dengan sebutan tato henna. Dinamakan demikian karena, meskipun tidak permanen, tatonya dibuat dari pewarna tumbuhan henna. Henna moderen dijual dalam bentuk kerucut yang praktis dan mudah digunakan (lihat gambar). Lain di Indonesia, lain di Nusantara. Di Indonesia, pacar atau inai dipakai untuk menghias kuku mempelai. Tradisi mewarnai kuku menjelang pernikahan ini dilakukan pada acara Malam Bainai (Minangkabau), Berinai (Riau), Pasang Pacar (Lampung), Malem Pacar (Betawi), Berinai Curi (Melayu Riau), Peta Kapanca (Adat Bima), dan Patirangga (Buton, Sulawesi Tenggara). Sementara itu, penggunaan inai pada kulit, telapak tangan dan kaki dapat dijumpai dalam ritual berpacar (Palembang), Bohgaca (Aceh), Wenni Mappaci (Bugis) atau Akkorontigi (Makassar). Seperti yang telah disebutkan di awal tulisan ini, India disebutkan sebagai asal dari "budaya" penggunaan henna atau pacar. Tradisi pewarnaan kulit dalam upacara perkawinan di beberapa tempat bisa jadi merupakan pengaruh "budaya" dari India. Meskipun belum ada rujukan yang mengarah pada kesimpulan ini, mungkin perlu diadakan telaah budaya yang menyangkut tatanan dan kebiasaan masyarakat di suatu tempat dan ciri-ciri yang sangat melekat dalam traidisi tiap-tiap kelompok masyarakat. Referensi: Manten House 1, Manten House 2, Perkawinan, Henna, Mehndi, Kesultanan Asahan, Pernikahan Aceh, Pelamin Minang, dan Gatra. Catatan: 1. Tulisan ini terinspirasi dari "percakapan lampu merah" dengan Wijaya di lapak Nining Andini. 2. Karena minimnya informasi mengenai detil apakah inai dalam upacara perkawinan di Indonesia hanya mewarnai kuku dan/atau telapak tangan dan kaki, masukan dari Kompasianer sangat diharapkan. Terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun