Awalnya saudara saya mengira yang bersangkutan, sebut saja A, tersangkut kasus penipuan dan penggelapan uang sesuai isi WA.
Wajar karena A bekerja di lembaga keuangan. Namun, setelah saya cermati saya yakin ini pinjol. Hal yang begini jika sampai tahu ke orangtuanya, apakah tidak jadi masalah?
Tak lama setelah itu, saya di kirim ulang oleh saudara saya sebuah pesan tagihan atas nama A. Yang terakhir nama pinjol berbeda lagi. Alamak! Si A ini ternyata pinjam tidak hanya satu pinjol.
Semua saudara dikirim pesan tagihan. Karenanya, ada yang memberanikan bertanya kepada A untuk memastikan.
Banyak saudara juga yang capek karena ditanya teman-teman, orang komunitas, dan seterusnya.Â
Setelah ditanyakan kepada A, jawabnya santai, "Itu dataku bocor! Langsung blokir aja nomornya" Hmmm... gimana coba? A ini benar-benar tak bertanggung-jawab.
Apa saudara yang ditagih ini tidak kesal dan dongkol? A tidak mau mengakui bahwa dia terjerat pinjol. Padahal jelas foto dan KTP yang terpampang adalah dia. Pura-pura berkelit ini dan itu. Angel wes angel!
5. Pinjol bisa menjadi "penyakit"
Berangkat dari kasus A, sebenarnya ada rasa kasihan. Dia masih muda, belum ada tanggungan, dan masa depan masih panjang. Sangat disayangkan sudah masuk ke lingkaran pinjol ilegal.
Oleh karena itu, sebelum mengajukan pinjaman sadarilah bahwa pinjol bisa menjadi "candu" dan "penyakit" jika dicoba-coba.Â
Pada awalnya mungkin enak langsung dapat uang. Lama-lama pinjam lagi dan lagi, instal sana-sini, dan tidak ada berhentinya.