Alhasil, saya kenalkan ke keluarga saya. Tiga bulan setelah resmi berpacaran kami langsung tunangan. Tepat setahun pacaran, dimana 3/4 dari masa itu adalah LDR, kami menikah.
Disitu saya paham mengapa HTS itu ternyata menjadi pilihan. Rasanya tak ada yang salah dengan HTS saat hubungan belum terikat dengan perkawinan. Status seringkali bikin ribet.
Hal berbeda jika seseorang sudah menikah, ya jangan coba-coba untuk HTS. Itu namanya selingkuh! Kita harus menghargai diri kita dan sakralnya ikatan perkawinan.
Nah, kembali ke masalah HTS. Jadi buat cewek itu, mantan pacar boleh saja bisa dihitung dengan jari tapi mantan HTS bisa jadi membentuk barisan. Hahaha...Â
Lalu bagaimana jika terjebak dengan HTS atau di-HTS-in? Sekiranya tidak nyaman, lebih baik akhiri saja. Masa sudah dekat cuma dianggap teman? Sakit tauk...Â
Artikel ditulis untuk Kompasiana. Dilarang menyalin/menjiplak/menerbitkan ulang untuk tujuan komersial tanpa ijin penulis.