Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tiga Hal ini Mampu Menjaga Kewarasan Saya Saat Pandemi

10 Juli 2021   17:00 Diperbarui: 10 Juli 2021   17:51 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjaga kewarasan saat pandemi (Foto : pixabay.com/geralt)

Rasa cemas yang meningkat ditengah pandemi kali ini adalah sangat manusiawi. Siapa yang tak cemas ketika melihat angka positif aktif yang terus melaju? Dimana-mana terdengar suara sirene ambulans. 

Belum lagi kabar teman, tetangga, dan atau keluarga yang harus isolasi mandiri karena terkena Covid-19. Bahkan sekarang ini, sudah hampir 2 minggu selalu mendapat kabar duka karena ada yang meninggal karena virus Sarcov-2 ini.

Saya sempat menuliskan rasa cemas dan kuatir saya (klik disini). Pada akhirnya, saya sampai pada kesimpulan bahwa rasa cemas tak mengatasi masalah. Justru menghilangkan kewarasan kita karena bisa bertindak dan bersikap berlebihan yang akan merugikan diri.

Beberapa orang mengatakan bahwa kita harus bisa menata pikiran dan hati di masa pandemi ini untuk mengatasi kecemasan. Ya, saya setuju. Namun, bagi saya yang harus di rumah tentu tak semudah itu. Bukan hanya rasa bosan, seringkali saya dihadapkan sebuah kebingungan harus berbuat apa. Tak jarang saya terjebak pada overthinking.

Kini setelah menyadari tak ada guna dari rasa cemas dan kuatir, saya memilih melakukan sesuatu yang lebih berguna dan menenangkan hati saya untuk mengatasi kecemasan.

1. Mendoakan

Hari-hari ini saya terus mendengar kabar duka, teman sedang berjuang melawan Covid-19, atau yang sedang dalam kedaruratan mencari ambulans, rumah sakit, atau oksigen. Tiap kali mendapat atau mendengar kabar tersebut, saya berusaha untuk langsung mendoakan saat itu juga.

Hanya itu yang bisa saya lakukan karena saya percaya Tuhan hanya sejauh doa-doa kita. Memang tak semua doa dikabulkan Tuhan sesuai permintaan kita. Tapi saya percaya Tuhan memberi yang terbaik untuk umatnya.

2. Mengulurkan tangan

Uluran tangan kita untuk mereka yang menderita karena Covid-19 sangat berarti. Saya selalu membayangkan di posisi mereka yang bukan hanya sedih dan berduka namun serba salah dengan keadaan ini.

Yang isolasi mandiri mungkin bisa memesan segala sesuatu secara online. Yang berduka mungkin tidak kekurangan secara finansial. Namun, yakinlah sekotak roti akan memberi semangat untuk mereka bahwa mereka tak sendiri.

Pandemi Covid-19 ini bisa kita lawan dengan kebersamaan. Orang yang saling membantu dan peduli sesamanya apapun bentuknya. Seperti ibu Teresa dari Kalkuta, beliau meneladankan bahwa kita bisa melakukan hal kecil dengan cinta yang besar.

Saya dengar juga dari teman bagaimana tetangga mereka peduli dan berbela rasa terhadap tetangganya yang terkena Covid-19 sekeluarga. Ada tetangga yang mengirim makanan setiap hari karena tetangga ini secara finansial juga terdampak pandemi.

Rasa cemas berlebihan tak mengubah keadaan. Namun cinta kasih, uluran tangan, dan kebersamaan kita melawan pandemi akan menjadikan kita kuat dan tetap semangat.

3. Melakukan hobi

Berhubung saya ibu rumah tangga, rasa cemas ini saya alihkan dan atasi dengan melakukan kegiatan yang merupakan hobi. Ketika melakukannya, saya mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan tersendiri. Inilah yang bisa menambah imunitas.

Selain mengatasi rasa cemas, hobi juga menghasilkan sesuatu. Misalnya, saya menata tanaman, memasak, menulis dan seterusnya. Hasil yang terlihat adalah tanaman di rumah lebih terurus, bisa makan makanan sehat, atau bisa berinteraksi di K.

Berkebun. Hobi yang baik untuk mengurangi rasa cemas (Foto : pixabay.com/counselling)
Berkebun. Hobi yang baik untuk mengurangi rasa cemas (Foto : pixabay.com/counselling)
Terkadang ketika saya sedih dan syok dengan berita duka, daripada saya bengong, saya ke depan rumah. Saya menggunting rumput taman. Terkesan konyol, tapi bagi saya lebih baik seperti itu daripada saya larut dalam kesedihan yang menggerus imunitas tubuh.

Pandemi ini mengajarkan saya untuk lebih banyak berefleksi diri. Merenungkan setiap kejadian, mensyukuri apa yang ada, dan tetap semangat menjalani hari-hari. Dengan begitu, hati dan pikiran saya lebih tertata dan waras.

Waras dalam arti tidak ikut panik memborong barang (yang sebenarnya tidak diperlukan), tidak termakan berita hoaks, lebih bijaksana dalam bertindak, serta masih bisa tersenyum dan tertawa bersama anak-anak.

Salam sehat semuanya,

MomAbel

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun