Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepiring Kwetiau Goreng

9 April 2021   17:30 Diperbarui: 9 April 2021   17:35 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi kwetiau goreng (Foto : pixabay.com/jesspla)

Kujelaskan sedetil mungkin apa yang aku rasakan terhadap makanan ini. Aku katakan padanya bahwa setiap orang punya "comfort food" masing-masing. Jejak rasa yang dihadirkan oleh lidah pada tiap orang itu tak sama.

Kalau kamu sering melihat tayangan Street Food Asia, kamu akan tahu bahwa makanan tak hanya sesuatu yang dikunyah dan masuk ke tubuh untuk mengenyangkan. Makanan adalah gambaran budaya dan perjuangan hidup.

Aku ingat ada mbah Satinem, penjual lupis legendaris di Jogja. Ketika bercerita tentang lupis, aku melihat bahwa sebenarnya beliau menceritakan sejarah hidup dan perjuangannya.

Sejarah manis dan pahit bersama ibunya yang dikhianati bapaknya. Namun, justru dari situ beliau "menghidupkan" kembali semangat sang ibu yang dulunya berjualan lupis. Ya, itu yang setidaknya tercerna oleh otakku saat menonton film dokumenter itu.

Dari situ, aku bayangkan begini. Tubuh kita terdiri dari badan, jiwa, dan roh. Badan jasmani tentu akan merespon ketika makanan masuk. Namun, bagiku tak hanya sampai disitu. Ketika jiwaku membutuhkan kenyamanan dan ketenangan, jika waktunya tepat, makanan meninggalkan jejak rasa yang istimewa dalam diri.

"Kamu tahu, dulu aku pernah galau, kecewa, marah hingga aku tak tahu arah. Aku tak tahu bagaimana harus melangkah dan memaknai hidup. Di tengah pikiran yang berkecamuk hebat itu, aku akhirnya berhasil menyepi sendiri di tengah keramaian, " kataku pelan. Dia menyimak dengan serius.

"Tak sekali-dua kali aku melakukannya. Tiap hari Sabtu siang, aku menuju sebuah restoran mie di mall. Aku memesan sepiring kwetiau goreng ayam waktu itu. Minumnya es teh manis. Entahlah, tiap kali menyantapnya hatiku senang, " lanjutku.

"Berapa lama kamu kayak gitu? Sendirian?" tanyanya.

"Hmmm... hampir setahun. Ya sendirilah! Mungkin kamu akan bilang lebay. Tapi itulah pencarian jati diriku sendiri. Quarter-life crisis, maybe?

Tapi tahukah, ketika makanan itu kusuap kemudian masuk ke tubuhku, aku seolah mendapat kekuatan tak hanya secara fisik namun kekuatan hati, "

"Kamu sangat melankolis sekali! Drama atau kamu sengaja mendramatisir? Sesadis itu kah kegalauan masa mudamu? " sahutnya padaku. Aku menarik nafas panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun