Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Paskah 2020, Suka Cita dalam Pengharapan

12 April 2020   12:00 Diperbarui: 12 April 2020   12:41 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paskah 2020 (Tangkap layar dari video streaming misa Minggu Paskah Katedral Jakarta, 12 April 2020/tangkapan layar dokpri)

Sudah lama saya tidak menulis di K tercinta. Hmm... rindu tapi apa daya, sejak awal tahun ini banyak hal yang mendistrak pikiran dan aktivitas saya. Saya pun mengurangi aktivitas sosial media, kecuali ketika ingin posting sesuatu untuk dikenang.

Tak terbayangkan tahun 2020 akan berjalan seperti ini. Awal tahun berita banjir di beberapa tempat, kemudian muncul virus corona di Wuhan yang kemudian menyebar ke seluruh penjuru bumi. Dan kini Indonesia pun terkepung dengan badai virus ini.

Masa Prapaskah tahun ini rasanya seperti mimpi buruk kala tidur siang. Tidur siang yang sangat kita tunggu dan rindu, namun mimpi buruk membuyarkan semua.

Saya pribadi merindukan masa Prapaskah, bahkan beberapa draft tulisan saya susun. Tapi rencana manusia adalah rancangan yang tak akan pernah sempurna. Badai "coronavirus" adalah mimpi buruk kita semua.

Badai yang mengoyak dan membuyarkan kosentrasi dan aktivitas kita. Anak sekolah diliburkan dan mulai home learning. Asisten rumah tangga yang pulang hari pun terpaksa diliburkan untuk sementara. Keluar rumah hanya saat ada kepentingan. Berbagai berita, wacana, informasi berseliweran menggugah kesadaran bahwa masa ini sungguh tak biasa.

Pada akhirnya, saya hanya banyak diam dan merenung. Bukan merenungkan nasib dan kekhawatiran, namun badai ini seolah menghardik kita untuk diam dan mendekat kepadaNya. Sang penguasa semesta, pemberi hidup dan segalanya.

Selama ini kita disibukkan banyak urusan dan segala macam rencana duniawi. Juga ambisi dan keinginan manusia yang seolah tak ada habisnya. Inilah waktu kita untuk diam sementara. Kembali pada kesadaran bahwa tak ada yang abadi.

Lalu bagaimana kita menjalani hidup? Bagi saya pribadi, rasanya cukup jelas pelajaran waktu liburan akhir tahun kemarin (yang tak sempat saya tulis). Bahwa apapun keadaannya kita harus mampu berdamai dan menjalankan bagian kita.

Saya belajar dari anak-anak saya kala itu. Ketika hujan besar dan angin besar melanda sewaktu kami mengunjungi tempat wisata, mereka tak kecewa. Sayalah yang kecewa dan bersungut-sungut. Anak-anak tak hilang ceria, mereka malah berderai tawa diantara rinai hujan yang tiba. Ya, mereka senang main hujan.

Memang liburan menjadi tak seindah yang seharusnya, tapi mereka tetap bisa menikmatinya. Mereka menari dalam hujan dalam arti yang sebenarnya. Saya pun mengikuti mereka untuk ikut bersukacita dan membuang rasa kesal saya.

Hal itu menjadi "bekal hidup" saya melewati tahun ini. Paskah tahun ini tak semegah biasanya. Tak sesibuk dan sepadat biasanya. Tak ada tenda tambahan. Tak ada tas besar berisi mainan, makanan, dan kipas yang harus saya bawa ke gereja untuk misa yang lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun