Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Abu sebagai Simbol Pertobatan

26 Februari 2020   19:09 Diperbarui: 26 Februari 2020   19:04 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Hari Rabu ini (26/2) adalah Rabu Abu bagi umat Katolik. Rabu Abu adalah permulaan masa Pra Paskah yang bagi umat Katolik merupakan masa berpantang, berpuasa, dan beramal.Namun, sejatinya Rabu Abu bukan hanya sebagai permulaan masa Pra Paskah saja. Namun ada tradisi dan simbolisasi yang seharusnya dimaknai lebih dalam.

Dalam misa atau ibadat Rabu Abu, umat akan menerima abu di dahi mereka. Pada saat menerima abu ini, pastor/diakon/suster akan menorehkan abu dengan berkata : "Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!". Dan umat yang menerima akan menjawab dengan ucapan : "Amin".

Tulisan bukan hendak menggurui, bukan, namun hanya sekedar refleksi bahwa ketika mengucapkan kata "Amin" tersebut sudahkah kita bersungguh-sungguh ingin bertobat dan percaya pada kebenaran firmanNya? Seperti tahun-tahun yang sudah berlalu, saya pun hanya mengatakan "Amin" sebatas memang kata itu yang sudah seharusnya diucapkan.

Ketika pulang ke rumah sehabis ibadah Rabu Abu pagi tadi, dalam hati saya bertanya : "Benarkah saya ingin  bertobat dengan sungguh-sungguh?" Saat itu juga saya semakin diingatkan betapa saya ini sungguh banyak dosa dan cela. Hanya debulah aku di alas kakiMu, ya Tuhan...

Ingatan tersebut semakin menyadarkan saya untuk lebih baik lagi memaknai masa pra Paskah tahun ini. Adalah kemurahan Tuhan saja jika kita masih bisa menerima abu sebagai simbol pertobatan. Artinya Tuhan masih memberi kesempatan kepada kita untuk bertobat. Sudah seharusnya saya meresponnya dengan kesungguhan hati.

Semoga dengan masa Pra Paskah ini, umat Katolik lebih dekat dengan Tuhan, membangun relasi pribadi yang lebih baik lagi dengan Sang Pemberi Hidup. Pertobatan sejati bukan hanya sekedar berpantang, berpuasa, dan beramal. Tapi melakukan perubahan sikap, hati, dan tutur kata yang penuh kasih seturut kehendakNya.

Selamat hari Rabu Abu untuk kompasianer yang memperingatinya. Selamat memasuki masa pertobatan Agung dengan penuh kesungguhan hati!

Salam,

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun