Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Serial Na | Layangan Cemburu

9 November 2019   06:00 Diperbarui: 9 November 2019   06:08 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi layangan (source: thinkstock)

Na, seorang perempuan muda. Istri dari suami yang baik dan ibu dari 2 orang anak. Ibu rumah tangga yang optimis dan dinamis. Hanya saja sering galau menghadapi kehidupan. Serial Na adalah perjalanan hatinya yang penuh warna. Kadang gembira-ria, kadang sedih, galau, konyol, dan namun selalu diakhiri dengan senyum.

-----

"Cieee... baca layangan putus ya? Seru amat, sampai suami dicuekin!" kata Nano, suami Na.

Sore itu Nano pulang cepat untuk memberi surprise di hari ulang tahun Na. Na yang tersadar langsung terkejut. Tak disangka suaminya pulang secepat itu.

Na yang saat itu sedang duduk santai di ruang keluarga, dengan cepat berdiri menyambut suaminya.

"Haduhh... Mas baca juga ya cerita layangan putus?" tanyanya sambil tersenyum.

"Nggak juga. Cuma di kantor ramai pada bahas ini. Aku cuma dengarin saja hehe" jawab Nano.

"Lah, segitunya ya? aku tahu sesudah viral lho Mas... Ibu-ibu pada heboh. Beritanya pun tentang itu terus. No comment lah aku," Na menggeser kursi untuk suaminya. Nano pun duduk.

Mereka duduk berduaan seperti orang pacaran. Na terlihat bahagia dengan momen itu. Padahal sebelumnya dia merasa bosan dan galau. Di hari ulangtahunnya, anak-anak justru ada kegiatan camping di sekolah.

Sepi menggelayuti hati Na sejak pagi. Karena alasan itulah, suami Na pulang cepat untuk menghibur Na. Tanpa sepengetahuan Na, Nano pulang di sore hari sebagai wujud birthday suprise.

"Heh.. suami sudah pulang masih sibuk main handphone aja! Duh..." Nano mengeluh kemudian beranjak mengambil minum di pantry.

"Hihihi.... enggak... ini loh Mas, bener-bener deh. Netizen kepo kelewatan sampai cari tahu siapa laki-laki dan selebgram cantiknya, " Na terkekeh. Entah apa yang ditertawakan.

"Sudahlah Na... cerita begitu justru merusak pikiran. Nggak usah lah dibaca. Bacalah yang positif, yang baik, dan yang berguna, " Nano menasehati Na.

"Iya.. iya... Ini juga nggak baca serius. Cuma nyimak yang di timeline sosmed, " sahut Na.

Mereka akhirnya memutuskan untuk mandi. Na mengiyakan ajakan Nano untuk makan malam. Sekali-kali birthday dinner ya Na, begitu kata Nano kepada istrinya.

***

Birthday dinner dibuat Nano dengan baik dan detil di sebuah hotel. Tentu saja Nano meminta tolong staf hotel untuk menyiapkannya sebelum hari H.

Tidak mewah namun cukup romantis untuk pasangan yang sudah lama menikah. Bertempat di restoran lantai 5 hotel ternama, Na dan No menikmati kebersamaan yang indah. Sebuah flower cake rose pink dan gold menghias meja.

"Happy birthday, Nena!" kata Nano kepada Na. Na tersipu malu.

"Mas, terimakasih yaaa.. nggak nyangka masih ingat kasih surprise begini. Kalau kata Noni : "the best birthday ever!" hihihi" Na membuka percakapan.

"Sama-sama, Na. Pas kebetulan aja. Aku tahu kalau ada anak-anak pasti kamu juga nggak mau. Ya kan?" tanya Nano.

"Hihihi... iyalah. Aku pasti ajak mereka. Kebersamaan itu lebih penting. Untuk apa kita bahagia, tapi mereka tidak ikut merasakan? Iya kan?" kata Na.

Nano hanya menganggukan kepala. Dia sudah paham sifat Na. Bagi Na, anak-anak adalah segalanya. Meskipun di satu sisi Nano juga paham kadang-kadang Na itu paranoid kalau soal anak.

Malam itu mereka menikmati sajian lezat western food diiringi musik jazz. Sorot mata bahagia terpancar dari kedua insan tersebut.

"Na, kamu kok nggak pernah cemburu sama aku? Selama ini aku yang selalu cemburu. Kamu nggak takut kayak cerita layangan putus itu? Istrinya percaya banget, makanya syok begitu tahu suaminya nggak setia, "

"Kudengar dari rumpian ibu-ibu di kantor, mereka sebenarnya nggak ada masalah ya? katanya masih hangat-hangatnya. Tapi yang laki malah diam-diam nikah lagi? Gitu kan Na?"

Na tertawa mendengar pertanyaan dari suaminya. Sementara Nano memasang muka serius.

"Oh... jadi ngikutin ceritanya juga to? Kayaknya begitu ceritanya. No comment lah Mas kalau masalah hubungan suami-istri. Kan tidak ada yang tahu sebenarnya gimana. Ambil hikmahnya saja, "

"Dimana-mana pelakor ada. Bukan sekarang juga, dari dulu juga ada. Serem memang! Banyak ibu-ibu parno sama pelakor. Makanya seperti yang terjadi sekarang, dibully habis deh pelakornya, " kata Na santai.

"Terus kamu nggak takut sama pelakor? makanya kamu nggak pernah cemburu sama aku?" tanya Nano.

"Hahaha... niat banget tanyanya Mas... Ya aku tetaplah cemburu. Kan masih perempuan normal, "

"Bedanya mungkin ya... aku sudah pasrah dan berserah, " lanjut Na.

Nano diam dalam pikiran yang penuh pertanyaan. Rupanya malam ini, dia ingin menuntaskan rasa penasarannya. Rasa penasaran seperti apa cinta Na kepadanya. Sifat posesifnya mendominasi pikirannya. Disesapnya minuman dingin di gelas.

"Kamu pasrah dan berserah gimana, Na? Jadi kalau aku serong, kamu nggak berusaha berjuang untuk kita? Kamu akan lepas aku begitu saja?"

"Atauuu... jangan-jangan itu yang kamu inginkan, kita berpisah supaya kamu bisa cari yang lebih baik dari aku? Iya kan?" tanya Nano dengan nada sedikit meninggi. Nano sepertinya mengambil nada dasar : cemburu!

Nano, laki-laki penyayang namun sekaligus pencemburu sejati. Terkadang sifatnya menjadi pemantik api pertengkaran rumah tangga.Tak jarang pula Na kewalahan memadamkan api cemburu yang tak jelas asal-muasalnya.

Na menarik nafas panjang.

"Hmmmm... ya bukan begitu maksudnya. Kenapa sih langsung main tuduh aja? Siapa yang mau cari lagi? Emang segampang itu cari laki-laki trus kawin? Tidak semudah itu Fergusooo.." balas Na.

Dimana-mana perempuan akan marah dan tersinggung jika dituduh yang enggak-enggak. Meskipun atas nama cemburu. Cemburu bukan berarti cinta. Cemburu dengan dugaan atau tuduhan tanpa dasar itu menyakitkan. Na mulai tersulut rasa kesalnya.

"Ya kan siapa tahu Na, kamu masih cantik. Kamu bisa dapat yang lebih muda, lebih ganteng, dan lebih kaya mungkin..." balas No. Kali ini ada nada bercanda. Nano terlihat sedikit takut dengan aura kemarahan Na.

"Ihhh.... enak saja. Sebenarnya yang harus cemburu itu aku, Mas! Kamu sering bussiness travel berminggu-minggu, meeting di luar kota, belum lagi banyak cewe muda di kantor. Bukannya peluangnya lebih banyak kamu? Kamu tinggal bilang pulang malam ya, ada telecon ya, padahal bisa jadi alasan buat pacaran lagi! Bisa kan?"

"Sementara, aku cuma di rumah. Iya kali main mata sama panci, wajan, sutil, serok???? Belum lagi ada anak-anak. Duh, nggak mungkin banget tauk!" Na tak kalah panjang menjawab.

"Ih ini kenapa dari romantis jadi anarkis gini ya?" Na buru-buru menyahuti perkataannya sendiri. Dia sadar sudah laiknya emak-emak ngoceh.

"Hmmm... iya juga. Aku nggak pingin gimana kok, Na... Aku cuma pingin tahu kamu masih sayang sama aku nggak?" kata Nano tersipu.

"Xixixixi...." Na tertawa mengikik. Tak semua tawa dilepasnya mendengar perkataan suaminya yang menurutnya lucu.

"Ntar deh, Mas... aku jelasin di rumah. Malu ah disini..." jawab Na.

Setelah menyelesaikan bill, mereka melangkah keluar bergandengan tangan. Kali ini dunia milik mereka berdua. Yup, ketika kedua anaknya sedang jauh.

***

"Kamu tahu nggak, dulu aku punya teman kerja namanya mbak Ruli? " tanya Na kepada Nano yang ada disebelahnya.

Mereka masih menonton film di netflix begitu sampai rumah. Besok hari Sabtu, tak ada salahnya tidur lebih malam. Apalagi tidak ada anak-anak.

"Lupa. Kenapa memangnya?" sahut No.

"Oh... " Na mengambil remote. "Ya itu dia orangnya cemburuan sama suami. Aku nggak tahu apakah suaminya itu memang patut dicemburui alias mencurigakan. Atau memang mbak Ruli ini yang lebay"

"Terus..." sahut Nano tak sabar mendengar lanjutan cerita Na.

"Ya kulihat hidup mbak Ruli itu jadi nggak tenang. Tegang malah. Hidup jadi nggak santai... aku lihatnya miris... " Na membetulkan letak bantal kursinya.

"Tahu nggak mbak Ruli itu sering buntuti suaminya kalau suaminya pergi kerja. Dibuntutin dari belakang gitu pakai mobilnya. Entah ya, menurutku kok niat banget!"

"Itu kalau suaminya mau ke kantor?" tanya No.

"Iya. Jadi mbak Ruli itu mau mastiin benar nggak suaminya ke kantor. Tapi itu belum seberapa, Mas! Ada yang lebih parah lagi loh..."

"Apa? Bukain handphone suaminya?"

"Ih, itu mah biasa. Kalo kepoin handphone itu biasa, Mas. Kan aku juga gitu? hahaha "

Na tertawa lepas.

"Lha terus apa? katamu lebih parah?"

"Jadiii....mbak Ruli bayar sopir suaminya, rajin kasih uang tambahan supaya kalau suaminya terlihat mencurigakan, dia lapor ke mbak Ruli!"

"Ya.. kayak sinetron bener temanmu? hahaha. Jangan-jangan kebanyakan nonton sinetron itu!"

"Nggak lah.. kalau ini aku yakin bukan. Tahu nggak mbak Ruli juga bayar loh ke "mami-mami" klub malam langganan suaminya!"

"Suami mbak Ruli kan marketing jadi sering ketemuan klien di klub. Nah mbak Ruli kasih uang sama mami disana. Pesannya : tolong jagain suamiku. Jangan ada yang main sama suamiku! Dia sepertinya takut suaminya tergoda dan digoda. Gituuu..."

"Kok sampai segitunya? Bayar begituan kan tidak mungkin 50 ribu!"

"Makanya itu.... aku tuh bukan nggak cemburu sama kamu, Mas! Aku masih normal. Cuma aku tuh nggak mau hidup dalam ketakutan dan kekuatiran berlebih, "

"Kalau aku mudah cemburu, trus berpikir yang nggak-nggak, curigaan, dan seterusnya... yang rugi aku sendiri. Hidup nggak tenang dan penuh ketakutan. Kalau udah gitu, apa iya aku bisa tenang urus anak? Bisa ngerjain hobiku atau yang lain?"

Nano dengan tenang menyimak perkataan Na. Na masih melanjutkan "kuliah umum"nya.

"Pelakor* itu lebih serem dari hantu.. iya, aku tahu. Aku juga takut dan seram. Jangan sampai deh terjadi. Tapi apa iya harus sampai paranoid. Lebih baik berserah. Pasrah. Sumeleh*.... banyak doa. Semoga masing-masing bisa menjaga. Gitu aja kan?"

"Jika memang harus cemburu ya sewajarnya. Hidup tenang dan damai itu indah, Mas... kalau pikiran kita was-was terus, kapan bahagianya? "

"Oh begitu.... " Nano menyahut singkat.

"Ya iya.. coba  kalau aku cemburuan. Tiap jam telpon dan ngecek kamu, bukain handphone, buntutin kamu, kira-kira kamu suka nggak? Nyaman nggak?"

"Pasti kesal dan marah to? Lagi kerja ato meeting aku telpon, lagi ketemu bos aku telpon lagi, makan siang telpon lagi... lama-lama ngamuk juga to? Makanya kita saling ngerti dan ngingetin."

"Bener juga sih... " timpal Nano

"Kesetiaan itu harus diperjuangkan, Mas... dari kedua belah pihak. Pemutus hubungan suami istri itu bisa kapan saja, dimana saja, dengan siapa saja. "

"Kalau memang niat selingkuh, banyak alasan untuk itu. Godaan dimana-mana. Bisa keluarga, harta, bahkan tetangga."

"Kamu jangan gitu ya, Mas!" Na sedikit merajuk.

"Kenapa? Takut jadi layang-layang putus?" tanya Nano sambil mencubit lengan Na.

"Yo mestiiii toooo..." jawab Na dengan logat Jawanya yang medok.

"Semua perempuan ingin bahagia dan punya keluarga yang utuh, Mas. Ingin menjadi teladan yang sempurna buat anak-anaknya, meskipun dalam ketidaksempurnaan..." kata Na sendu.

Nano menggamit lengan Na. Sebuah pelukan hangat untuk istrinya. Na tersenyum.

"Sudah Na... Yuk tidur!" Nano seolah menghindar untuk menjawab pertanyaan Na.

Na sudah ngantuk. Akhirnya dia ikut melangkah menuju kamar utama. Tiba-tiba Nano menghentikan langkahnya. Seperti ingat akan sesuatu.

"Na... " panggil Nano kepada Na.

"Apa? " sahut Na.

"Hmmm... " No seakan ragu mengatakan sesuatu.

"Apa sih? lama amat ngomongnya? hmmmm..." Na ingin menebak tapi diurungkannya.

"Hmmm... nggak sih. Aku cuma mau minta sesuatuuuu..."

"Iya, apa?" Na makin penasaran.

"Tetap ya Na, jangan upload foto selfie sendiri di media sosial atau apalah. Harus foto keluarga! Ya??? iya Na??? " kata Nano tegas sekaligus memelas.

Na menepuk jidatnya kemudian menggelengkan kepalanya.

"Halah... kirain apa? Ah, besok aku mau selfie ala selebgram. Upload dong di fesbuk, instagram, twitter, sekalian youtube? Hehehe" goda Na usil.

"Mau tebar pesona??? Awas yaaaa... Sudah ibu-ibu itu ya foto sama anaknya!Jangan sok muda gitu!" Nano mengancam.

Na hanya tertawa kemudian tersenyum tengil. Susah memang kalau punya suami pencemburu.

Cikarang, 8 November 2019

*pelakor: perebut laki orang

** sumeleh: (bhs Jawa) berserah diri dengan penuh keikhlasan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun