Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Catatan Paskah 2019, Damai dalam Pengendalian Diri

18 April 2019   18:30 Diperbarui: 19 April 2019   14:34 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen : kaj.or.id

Bagi umat Katolik, masa Pra-Paskah ditandai dengan Rabu Abu sebagai awal dari perjalanan retret Agung. Tahun ini Rabu Abu jatuh pada tanggal 6 Maret. Dalam masa Pra-Paskah ini umat Katolik melakukan puasa dan pantang selama 40 hari.

Sejatinya tak ada yang berubah mengenai hal ini. Hanya saja tahun 2019 ini merupakan tahun politik dengan adanya Pemilu, yaitu Pilpres dan Pileg. Secara kebetulan waktunya pun tak jauh beda.

Pemilu dilaksanakan pada tanggal 17 April, sedangkan Kamis Putih sebagai awal dari pekan suci jatuh tanggal 18 April. Artinya, umat Katolik melakukan pantang dan puasa pada saat suhu politik negeri ini sedang panas-panasnya.

Adalah hal yang tidak mudah menjalankan pantang dan puasa dengan kondisi demikian. Terutama untuk kaum milenial yang aktif di media sosial.

Semua orang tahu riuhnya gejolak politik di media sosial. Hoaks, fitnah, atau berita provokasi hilir-mudik dengan mudahnya di media sosial.

Belum lagi "bumbu" berupa drama dari para elit politik kita. Gayeng bener!!!! Rasanya bibir gatal untuk berkomentar. Begitu juga dengan jari tangan untuk menulis dan atau membagikan berita politik yang bombastis.

Saya pribadi berpikir sebaiknya saya "puasa" ber-media sosial. Pastinya akan lebih bermanfaat banyak jika waktu 40 hari tersebut, saya pergunakan untuk hal positif lain.

Ternyata Berat!
Dimulai dari Rabu Abu, saya memulai "puasa sosmed". Seminggu pertama terasa berat. Biasa buka gawai --lihat foto-foto di instagram, lihat postingan fesbuk, lihat linimasa twitter-- membuat saya bingung sendiri. Mau ngapain ya?

Di situlah saya sadar betapa selama ini banyak waktu saya habiskan untuk sosmed. Meskipun sebentar, jika dalam sehari membuka berkali-kali ya sama saja.

Puasa sosmed menjadi berat untuk orang-orang yang aktif di dunia maya. Ada yang aktif posting dan ada yang aktif berkomentar. Postingan pun beraneka rupa. Rupa "pamer" di dunia maya bisa dari A sampai Z. Dari keluhan receh hingga yang viral. Dari yang benar hingga yang hoaks.

Meskipun belum 100%, tapi puasa sosmed buat saya lebih menantang. Disitulah kontrol diri saya diuji. Saya belajar untuk menjauh dari keriuhan dunia maya dengan segala daya tariknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun