Mentari hari ini cerah ceria sedari pagi. Hingga sore hari, awan seolah tak kuasa menutup rona keceriaan itu. Hatiku pun turut ceria hari ini. Kulangkahkan kaki menuju keramaian itu. Beberapa pemuda dan pemudi asyik berpose kekinian. Sementara anak-anak kecil mengerumuni badut superhero.
Pantai Losari, siapa yang tak mengenal tempat ini? Banyak cerita senja yang indah disini. Sayangnya, sembilan tahun lalu aku tak menjumpai keindahan itu. Masih kuingat betul, waktu itu gerimis yang menyambutku ketika tiba disini. Untungnya, sebelum basah kuyup, aku masih sempat mengabadikan diriku dalam beberapa foto.
"Kali ini aku hoki!" batinku girang.
Aku berjalan memutar dermaga, sekedar mengamati sembari menunggu senja datang. Setelah itu, kuarahkan kakiku berjalan menuju ke depan tulisan PANTAI LOSARI. Kubuka tripod, kupasang kamera, dan kusetting semuanya untuk senja sore ini.
Hanya lima belas menit kemudian, mentari turun dan tenggelam perlahan. Hatiku membuncah dalam kebahagiaan. Oh, begini rasanya menikmati indahnya matahari tenggelam? Menakjubkan!
Rasanya susah kuungkapkan dengan kata-kata. Nuansa magis itu seolah merasuk kedalam jiwa. Warna lembayung senja menyapa hingga ke relung hati. Jika kau arahkan mata kesana, kau pasti akan merasakan romansa senja yang indah.
Hmmm... Mungkin terdengar lebay. Ah, bukannya masing-masing orang punya jejak kenangan sendiri-sendiri akan senja? Tak sama pastinya.
Namun apa daya, keindahan senja detik ini menyeretku menuju keindahan kenangan di waktu silam. Kutarik nafas panjang kala kenangan itu datang. Ada yang bilang kenangan lebih indah dari lukisan. Bisa jadi!
Sepertinya lebih baik kuceritakan saja kenangan itu kepadamu. Kenangan tua yang usang tapi itulah satu bukti yang semakin membuatku yakin bahwa pelukis senja di pantai Losari adalah Sang Maha Penentu kehidupan ini. Aku mulai ya!
***
Sembilan tahun yang lalu