Mohon tunggu...
Suharyanto Mallawa
Suharyanto Mallawa Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan Perpusnas

Belajar Menulis Kepustakawanan dan Perpustakaan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menjalani Semuanya dengan Berdoa: Pustakawan Berkiprah

13 April 2023   13:54 Diperbarui: 13 April 2023   14:11 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjalani semuanya dengan berdoa

Perjalanan panjang selama 30 Tahun berkiprah sebagai pustakawan di Perpusnas RI (1993-2023) tak lepas dari kata Doa sebagai makna memohon sesuatu kepada Allah SWT dengan kerendahan diri dan ketundukkan kepada-Nya. Sebagai wujud rasa syukur atas anugrah, pemelihaaraan dan pertolongan yang maha kuasa. Doa juga sebgai sebagai kedekatan diri untuk mengadu kepada-Nya dengan memohon sesuatu.

Doa Ibu dan Alhmarhum Bapak serta kakak, adik, dan keluarga telah mengantar kepergian diriku dari Jakarta ke Timor Timur.

Doa Ibu yang selalu mengiringi langkah kehidupanku dan pekerjaanku sampai saat ini

Doa istri dan anak-anaku, Afif, Afifah, dan Aqilah yang terus menguatkan diri ini untuk terus berikhtiar dan menjalani jejak jejak langkah kaki di dunia kepustakawan.

Berkat doa dan juga perlindungan dari Allah SWT, diri ini terselamatkan dari marabahaya bahkan kematian seakan sudah menanti. Di kala itu di tahun 1994 saat terjadi huru hara dan keributan antara pihak keamanan dan pihak lain di Kampung Villa Verde, Kota Dili, Timor Timur. Suasana sangat mencekam, suara teriakan yang diselingi rentetan suara senapan membuat diri ini yang ada di dalam rumah sangat ketakutan, saya dan Mas Taman, teman kantor yang satu tempat kos tetap bersembunyi di dalam kamar.

Tiba-tiba suara pintu rumah kos  ada yang menggedor gedor sambil berteriak buka-buka, ditambah lagi tak henti hentinya suara rentetan senjata terus menerus berbunyi. Tanpa berpikir panjang lagi, saya dan mas Taman bergegas untuk naik ke atas loteng kamar, dan bersembunyi di sana...

Alhamdulillah, setelah sekian jam terjadi kerusuhan, keesokan paginya sudah mereda dan berhenti keributannya. Saya pun turun dari loteng kamar, dan bergemetar jiwa ini, lemas dan lunglai badan ini , lagi-lagi ininsebagai rasa syukur.masih diberikan kesempatan untuk terus mengisi kehidupan ini dan bisa dilalui selama 30 Tahun ini.

Kejadian yang sangat mencekam dan rasa ketakutan, dalam benerapa tahun membawa bekas trauma, dimana ketika saya sedang tertidur, dan tiba-tiba terdengar suara keributan maka saya pasti langsung terbangun kaget dan dihinggapi rasa kuatir.

Alhamdulillah rasa trauma itu sekarang sudah mulai menghilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun