Mohon tunggu...
Suharyanto Mallawa
Suharyanto Mallawa Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan Perpusnas

Belajar Menulis Kepustakawanan dan Perpustakaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

ChatGPT dalam Opini Abimanyu, Pustakawan Ahli Utama Jawa Timur

2 Maret 2023   07:38 Diperbarui: 2 Maret 2023   07:39 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                                   

Pagi ini (2/3/23) di WAG PP-IPI ada tulisan opini yang bertajuk Fenomena ChatGPT dan Rendahnya Budaya Baca karya dari Drs. Abimanyu Poncoatmojo Iswinarno, MM, seorang Pustakawan Ahli Utama dari Dinas Perpustakaan Prov. Jawa Timur. Tulisan dimuat di harian Bhirawa, 2 Maret 2023. Pustakawan Ahli Utama di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur dan saat ini juga sebagai Pengurus Pusat Ikatan Pustakawan Indonesia Periode 2022-2025

Tulisanya sangat Kiwari tentang ChatGPT yang sedang viral. ChatGPT dikembangkan pertama kali versi aslinya, GPT-1 dirilis, 11 Juni 2018, dan versi teranyarnya, GPT-3.5 rilis pada 30 November 2022. Berdasarkan data dari ChatGPT Statistics 2023 yang dirilis  Tooltester ditulis oleh  Robert and Cai, 28 Februari 2023, saat ini  ChatGPT mampu menjawab pertanyaan dan menghasilkan respons berdasarkan kumpulan data 300 miliar kata dan 175 miliar parameter. Ini pasti akan menjadi alat utama untuk mengembangkan bisnis dan memaksimalkan efisiensi.

 Opini Abimanyu diawali dengan narasi  perkembangan Teknologi yang memudahkan banyak orang dalam berkehidupan seperti membeli makanan dan memesan barang tanpa harus keluar rumah, begitu juga budaya nonto televisi yang sudah melai di tinggalkan.

Era disrupsi juga membawa pergeseran yang serius di dunia pendidikan, pola belajar termasuk pergeseran dalam mendapatkan informasi, semakin sepimya toko buku, dan minat mencari bahan bacaan juga mulai bergeser tidak lagi melulu ke perpustakaan, dan masyarakat mulai beralih ke media sosial.

Fenomena di era digital yang memudahkan segala hal ternyata membawa dampak lain bagi generasi muda, yaitu minimnya pengetahuan, serba instan, sulit bersosialisasi, tidak peduli lingkungan dan mempunyai sikap egois.

Belum usai persoalan di atas,.kini kita semua diguncang dengan aplikasi TI berupa ChatBot yang namanya lagi viral yaitu ChatGPT. Abimanyu berpandangan kemunculan ChatGPT yang mampu mengolah informasi yang sangat tinggi, seperti dua sisi mata pisau. ChatGPT dapa membantu menyelesaikan tugas di dunia pendidikan, tetapi juga dapat merusak dunia pendidikan, ChatGPT yang serba instan dan mudah ini berdampak pada mahasiswa  yang kurang memahami sebuah konsep, hal ini sangat mengerikan, dan dapat merusak budaya baca masyarakat,  demiikian ungkap Abimanyu.

Berdasarkan data dari VhatGPT Statistics 2023 yang dirilis  Tooltester ditulis oleh  Robert and Cai, 28 Februari 2023, saat ini  ChatGPT mampu menjawab pertanyaan dan menghasilkan respons berdasarkan kumpulan data 300 miliar kata dan 175 miliar parameter. Ini pasti akan menjadi alat utama untuk mengembangkan bisnis dan memaksimalkan efisiensi.

Seruput Kopi di pagi hari

Sungguh nikmat sekali

Terima kasih pak Abimanyu sudah berbagi

Salam sehat, salam literasi

Suharyanto

Komisi Penerbitan PP-IPI. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun