Mohon tunggu...
Malikul arzak
Malikul arzak Mohon Tunggu... Seniman - Tidak lebih sebagai manusia biasa yang ingin menjadi orang baik

Tidaklah suatu kaum dapat berubah kecuali kaum itu sendiri yang merubahnya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merdeka tapi Tak Merdeka

17 Agustus 2022   17:53 Diperbarui: 17 Agustus 2022   21:40 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

77 tahun sudah negeri ini berdiri, diwarnai banyak  peristiwa yang sudah terjadi sejak berkumandangnya proklamasi di jalan pegangsaan timur no 56 oleh soekarno dan hatta atas kemerdekaan bangsa indonesia pada tanggal 17 agustus 1945. Sebuah momen yang sangat luar biasa dan akan selalu terkenang bagi negeri ini, negeri yang kaya akan sumber daya alamnya serta kaya akan keragamanya.

Momentum tersebut bukan didapatkan dengan hal yang mudah atau bukan juga pemberian secara cuma-cuma, melainkan dengan tetesan darah dan air mata. Bukan hanya itu, meski bangsa indonesia sudah memproklamasikan diri sebagai negara yang merdeka, negara belanda  yang menjajah indonesia tidak melepaskan begitu saja, mereka kembali ke Indonesia dengan  kekerasan bersenjata. 

Namun demikian usaha penjajah tidak berjalan mulus, mereka gagal dalam merebut kembali bangsa indonesia yang akhirnya mereka memilih untuk melakukan perundingan yang disebut KMB (konferensi meja bundar) yang didalamnya terdapat Perjanjian yang diantaranya perjanjian Linggarjati pada tahun 1946, perjanjian Renville pada tahun 1948 dan perjanjian Roem Roijen pada tahun 1949 yang pada akhirnya KMB tersebut mengeluarkan hasil diantaranya belanda menyerahkan kedaulatan sepenuhnya kepada republik indonesia serikat (RIS), Belanda menarik mundur seluruh pasukan dari RIS, status irian barat ditangguhkan selama satu tahun setelah pengakuan kedaulatan RIS, pembentukan uni Indonesia-Belanda, dan yang paling menarik ialah demi mendapat pengakuan, RIS harus membayar sejumlah uang kepada belanda, sebagai ganti rugi selama agresi mulai tahun 1945 sampai 1949 senilai 4,5 miliar gulden.

Terlepas dari itu semua, kemerdekaan yang sudah diakui belanda ini hanya sebatas melepaskan diri dari sebuah penjajahan bangsa asing demi menciptakan bangsa yang mandiri. Namun faktanya penjajahan itu belum selesai, sampai saat ini diusia ke 77 tahun bangsa Indonesia masih mengalami penjajahan. Penjajahan ini bukan dilakukan bangsa asing, melainkan bangsanya sendiri. Ir Sorkarno dalam pidatonya ia mengumandangkan bahwa “perjuangaku lebih mudah, tapi perjuangmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri” kutipan tersebut cukup mewakili keadaan bangsa Indonesia sampai saat ini. Sebagian besar masyarakat indonesia berlomba lomba untuk menjadi penguasa atas dasar kepentingan pribadinya, bukan untuk kepentingan bersama. Parahnya mereka yang mempunyai keinginan tersebut ditepatkan dalam kursi pemerintahan, sehingga mereka lebih leluasa dalam menguasai negara. Sebagai bukti banyak sekali pejabat bangsa ini yang terkena kasus korupsi, jual beli jabatan, nepotisme dan lain sebagainya.

Jika kita lihat kebelakang, sejak awal kemerdekaan, konflik-konflik didalam negara sudah bermunculan mulai dari penetapan dasar negara, perebutan kekuasaan, dan penyelewengan, bahkan sampai saat ini konflik tersebut merabak luas hingga ke bidang perekonomian, sosial politik, kemiskinan, kebodohan, diskriminasi kelompok, serta cacatnya penegakan hukum. Itu semua terjadi oleh mereka yang rakus akan kekuasaan dengan lebih mementingkan kepentingan individu atau kelompok mereka sendiri, merauk keuntungan sebesar-besarnya tanpa melihat permasalahan yang ada di dalam masyarakat.
Maka tak heran jika di negara Indonesia ini masih terjadi banyak ketimpangan-ketimpang di berbagai bidang.

Dengan demikian, sudah sepatutnya kemerdekaan ini dirakayakan bukan hanya sekedar ceremonial saja, melainkan Kita seharusnya mampu menegaskan bahwa kemerdekaan itu adalah kemerdekaan seluruh rakyat secara utuh yang mampu dirasakan hasil perjuangannya dengan hidup secara berkeadilan, sejahtera dan tanpa penindasan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun