Mohon tunggu...
Mohamad Sastrawan
Mohamad Sastrawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Matraman

http://malikbewok.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Rizal Ramli dan Ancaman Pertahanan Negara

12 Desember 2011   01:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:29 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Menarik yang diulas oleh kompasianer, Mata Hati, yang berjudul Rizal Ramli & Politik Muka Dua Papua. Tulisannya bisa diakses di sini, http://hankam.kompasiana.com/2011/12/06/rizal-ramli-dan-politik-muka-dua-papua/. Pada konteks kekinian, apa yang dilakukan kelompok Rizal Ramli merupakan sikap ketikdapuasannya atas pemerintah SBY-Boediono. Kelompok ini bisa disebut sebagai Kelompok kiri. Siapa saja mereka? Adalah orang-orang yang bergerak di kelompok-kelompok ekstrem sosialis dan berbau komunis. Selain itu, orang-orang yang menyuarakan prodemokrasi (prodem) bisa dimasukkan ke dalam kelompok Rizal Ramli ini.

Rizal Ramli saat ini juga menjabat sebagai Ketua Dewan Penyantun Universitas Bung Karno (UBK). Di universitas inilah, seluruh perhatian media massa tersedot saat ini. Seorang mahasiswa, Sondang Hutagalung, melakukan aksi paling radikal sepanjang gerakan mahasiswa, yakni membakar diri di depan Istana Negara. Hingga saat ini pula, motif aksi tersebut belum diketahui oleh aparat kepolisian. Namun, bisa dipastikan, aksi itu memuat kepentingan politik.

Rizal Ramli pun menyematkan status Sarjana Kehormatan kepada mendiang Sondang. Mahasiswa berusia 22 tahun ini bukan orang baru dalam kelompok prodem. Salah satu aktivitasnya adalah kerap menyuarakan keadilan untuk mantan aktivis HAM, Munir, yang tergabung dalam Suara Munir.

TNI sebagai aparatur negara pun harus mewaspadai bangkitnya gerakan komunisme di tanah air yang disinyalir digagas oleh Rizal Ramli cs. Beberapa tokoh yang pada era Orde Baru dicap komunis adalah Budiman Sudjatmiko dan Ribka Tjiptaning Proletariat, merupakan segelintir tokoh yang bersama Rizal Ramli.

Inilah ancaman terselubung, karena mereka saat ini menjabat sebagai wakil rakyat yang terhormat. Dengan keleluasaan membuat Undang-undang, para tokoh-tokoh "PKI" ini bisa saja membangkitkan sentimen komunisme di tengah hiruk pikuk pemberitaan tentang aksi bakar diri. Bahkan, bukan tidak mungkin, aksi bakar diri Sondang Hutagalung merupakan aksi yang telah didesain, untuk kemudian dijadikan pintu gerbang bagi aksi-aksi radikal untuk meruntuhkan pertahanan NKRI.

Melongok pada hancurnya pemerintahan Tunisia, gerakan massif untuk menumbangkan rezim Ben Ali, bisa menjadi ancaman bagi NKRI. Pada saat itu, sosok Mohamed Bouazizi, pemuda Tunisia yang membakar diri, sontak membangkitkan sentimen antipemerintah. Pertanyaannya, mungkinkah apa yang terjadi di Tunisia, bisa terulang di Indonesia? TNI dan segenap komponen masyarakat tentunya harus mampu membaca konstalasi politik dan keamanan negara. Jika terlambat, bisa saja aksi nekad Sondang Hutagalung mendapat simpati dari masyarakat, kemudian meluas menjadi aksi revolusi yang ditunggangi oleh kelompok-kelompok sosialis kiri.

Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan TNI saat ini untuk mengantisipasi ancaman di atas. Pertama, menguatkan peran intelijen hingga ke Gedung DPR. Kepala BIN yang saat ini dijabat oleh Letjen TNI Marciano Norman, memudahkan peran intelijen untuk membaca gerakan para wakil rakyat yang berhaluan komunis. Baca seluruh aktivitas mereka mulai dari bangun tidur hingga kembali tidur. Kalau perlu, sadap seluruh alat komunikasi mereka, sehingga tidak satu kata pun dari pembicaraan mereka yang terlewatkan.

Kedua, TNI dan umat Islam memiliki sejarah yang lama dan panjang dalam menumpas komunisme. TNI, saat ini, bisa saja mengambil hati kelompok-kelompok Islam untuk dilibatkan dalam menumpas ancaman bangkitnya komunis di tanah air. Beberapa Jenderal bahkan aktif di kelompok-kelompok pengajian. Ini sudah menjadi modal utama untuk menumpas ancaman bangkitnya komunisme.

Ketiga, TNI dan Polri harus mencegah secara dini gerakan Rizal Ramli cs sebelum dia membesar dan menjadi isu nasional. Caranya, mulai dari yang paling lembut, hingga yang paling kasar. Bisa saja, Polri menangkap mantan Menko Perekonomian itu dengan alasan ancaman negara. Statemen-statemen Rizal Ramli yang cenderung memprovokasi juga bisa dijadikan alasan penangkapan.

Keempat, TNI harus meningkatkan komunikasi publik untuk mendapatkan simpati masyarakat. Boleh dibilang, Pemerintah saat ini tengah berlomba dengan kelompok Rizal Ramli cs dalam meningkatkan wacana yang diberikan oleh kedua belah pihak. Rizal Ramli cs sibuk menjelek-jelekkan pemerintah, sementara pemerintah jangan sampai lengah. Pemerintah harus menggalakkan aksi yang mampu mendapat perhatian masyarakat. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun