Mohon tunggu...
Mohamad Sastrawan
Mohamad Sastrawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Matraman

http://malikbewok.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Santri dan Jiwa "Enterpreneurship"

24 Juli 2018   23:53 Diperbarui: 25 Juli 2018   00:12 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belum lama ini, Kementerian Pemuda dan Olahraga (kemenpora) menyelenggarakan Lokakarya Dukungan Program Pengembangan Kewirausahaan Pemuda di Pesantren. Lokakarya tersebut diselenggarakan di Kudus, Jawa Tengah, yang notabene adalah kota santri.

Deputi Pengembangan Pemuda Kemenpora, Asrorun Ni'am Sholeh yang hadir dalam acara itu menegaskan santri dan jiwa dagang merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Sejarah Nahdhatul Ulama (NU)  adalah enterpreneurship. Sebelum NU dibentuk, organisasi yang didirikan adalah Nahdhatut Tujjar  oleh Kiai Abdul Wahab Hasbullah pada 1912 di Tambak Beras, Jombang.

(dokpri)
(dokpri)
Sejarah membuktikan bahwa organisasi keagamaan besar di Indonesia, baik NU atau Muhammadiyah, adalah organisasi yang lahir dari kelompok pedagang. Organisasi Islam terbesar di Indonesia adalah NU. Khittah kelahiran NU bukan dari perkumpulan keilmuan, tetapi perkumpulan pedagang. Muhammadiyah pun demikian, Kiai Ahmad Dahlan adalah pedagang batik yang memiliki komitmen keislaman tinggi.

Hal ini yang kemudian melahirkan pergerakan kemandirian umat di bidang ekonomi. Pesantren telah membuktikan sebagai institusi keagamaan yang telah lama berdikari secara ekonomi, bahkan juga politik. Sejarah pesantren di Indonesia diwarnai dengan kemandirian ekonomi sehingga mampu melawan penjajahan yang diboncengi dengan kekuatan kapitalisme.

(dokpri)
(dokpri)
Kemandirian ekonomi membuat seseorang terhormat, dan itu yang menyebabkan para kiai di daerah-daerah di Indonesia sangat dihormati. Itu pula yang menjadi alasan pesantren bertahan sejak dulu, karena faktor kemandirian dari intervensi ekonomi.

Pesantren tidak menggantungkan keberadaannya dari suplai logistik dari Pemerintah. Sampai saat ini, cukup banyak pesantren di daerah yang menolak bantuan Pemerintah, karena khawatir adanya driving dan pada akhirnya mempengaruhi independensi pesantren.

Dengan sejarah NU yang demikian, maka Kemenpora ingin mendorong para santri mengembangkan relijiupreuner yang intinya adalah enterpreneur berbasis pada ilmu yang dimiliki oleh kaum santri itu sendiri, yakni ilmu agama.

Kemenpora ini mendesain satu kelompok keagamaan yang secara profesional dicari oleh masyarakat perkotaan dengan di dalamnya ada konsep-konsep ekonomi. Bagi kaum santri sekarang istilah nya bukan lagi guru ngaji, tapi konsultan keagamaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun