Mohon tunggu...
Mohamad Sastrawan
Mohamad Sastrawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Matraman

http://malikbewok.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Merah Putih Memanggil, Film Drama yang Menguras Air Mata

12 Oktober 2017   08:51 Diperbarui: 12 Oktober 2017   09:03 1700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: sukamovie.my.id

Film bergenre drama ini diputar secara serentak pada 5 Oktober 2017. Film ini memang ditujukan untuk membangkitkan nasionalisme rakyat Indonesia yang kian menipis akibat globalisasi. Diawali dengan scene gambar tentang pembajakan kelompok teroris internasional terhadap kapal pesiar dengan bendera Indonesia. Aksi tersebut mengakibatkan seorang awak kapal ditembak mati karena menolak untuk menyerah.

Cerita ini memang mirip dengan pembajakan kapal-kapal bendera Indonesia di perbatasan perairan internasional. Setahun yang lalu, kitadisibukkan dengan kelompok teroris yang membajak kapal-kapal asing di perairan internasional utara Indonesia. Namun, berkat upaya yang luar biasa dari Pemerintah, pembebasan sandera bisa dilakukan dengan cepat. Kondisi ini kemudian diangkat ke layar lebar untuk dijadikan bahan cerita yang apik dan dramatis.

Bahkan, dalam film ini, empat orang diculik dan dibawa ke bagian selatan negara tetangga. Tiga di antaranya adalah warga negara asing, yakni Perancis, Kanada dan Korea Selatan.

Meski sudah sepekan berlalu, film ini masih diminati masyarakat. Terbukti, di banyak daerah digelar nonton bareng film Merah Putih Memanggil. Di antaranya di XXI Epiwalk Jakarta, Makodim Tulung Agung, Makodim Demak, Lanud Hussein Sastranegara, Lantamal IV Tanjung Pinang, Makodim 0701/Banyumas dan masih banyak di tempat lainnya. Berdasarkan testimoni penonton, banyak yang meneteskan air mata karena jalan cerita yang benar-benar menyentuh dan dramatis.

Drama dimulai ketika TNI kesulitan membebaskan para tawanan karena lokasi penculikan di luar wilayah NKRI. Ironisnya, negara yang menjadi lokasi penculikan kelompok teroris pun kesulitan menghadapi masalah ini. Hal tersebut dikarenakan negara tersebut tidak memiliki kemampuan mengatasi kelompok-kelompok teror yang menguasai wilayah tertentu. Apakah hal ini menyurutkan langkah TNI membebaskan para WNI? Tentu tidak.

Dengan berbagai upaya, TNI membuat rencana Operasi Gabungan yang melibatkan semua angkatan. Film Mirwan Suwarso ini mampu menyuguhkan tontonan dramatis yang membuat penonton tercekat karena kengerian adegan para pemain. Bukan hanya itu, keseriusan garapan film ini pun tampak dari hadirnya sejumlah alutsista TNI. Di antaranya adalah KRI Diponegoro, KRI Nanggala dan Skadron Pesawat Tempur Sukhoi SU-30.

Film yang dibintangi Serka Sepi Hermawan, Restu Sinaga, Happy Salma dan Prisia Nasution ini juga menghadirkan senjata api yang sesungguhnya. Para pemain pun mengikuti pelatihan ketat untuk menggunakan senjata-senjata tersebut seperti dalam kondisi yang sebenarnya. Tentunya, proses yang panjang juga dibutuhkan untuk mengantisipasi kesalahan prosedur dalam penggunaan senjata-senjata itu.

Jalan cerita berlanjut pada aksi heroik ketika Pemerintah Indonesia mendapatkan ijin dan kesempatan untuk membebaskan sandera dalam waktu 2x24 jam. Ledakan bom, ilustrasi musik sinematik, karakter pemain yang handal menambah jalan cerita semakin dramatis. Ada pula aksi free fall malam hari yang dilakukan Batalyon Anti Teror Kopassus. Mereka diterjunkan secara diam-diam dengan back up bantuan pesawat tempur TNI AU dan kapal-kapal perang TNI AL di pantai. Selain itu, operasi Kopaska dan Marinir juga disiagakan untuk melakukan operasi pembebasan sandera. Al hasil, setelah melalui adegan yang menegangkan dan jalan cerita yang kompleks, TNI berhasil membebaskan para sandera dan menumpas kelompok teror yang memang sering meresahkan di wilayah perairan internasional.

Dari film ini, kita disuguhkan realitas yang sesungguhnya bahwa TNI memang kuat bersama rakyat. Sebagai alat negara, TNI kian eksis dan hadir untuk melindungi rakyat dan berkomitmen penuh untuk mengibarkan merah putih sepanjang hayat di kandung badan. Dengan itu, hadir pula cara pandang bahwa rakyat diikat oleh merah putih yang memang sewaktu-waktu dibutuhkan untuk mempertahankannya dari ancaman. Dengan kehadiran prajurit TNI, maka diperoleh gambaran bahwa Indonesia memang negara besar yang membutuhkan pertahanan yang kuat. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun