Muis sudah lama berdamai dengan kejomloannya. Sebagai generasi Z yang lahir di era swipe left-swipe right, dia paham bahwa cinta bukan sesuatu yang bisa dipaksa. Kalau belum ketemu yang cocok, ya sudah. Tidak perlu maksa pacaran hanya demi status. Maka, alih-alih meratapi nasib, dia memilih fokus membentuk badan di gym. Setidaknya, kalau hatinya nggak bisa diisi cinta, ototnya bisa diisi massa.
Setiap malam, Muis rutin nge-gym, bukan sekadar untuk kesehatan, tapi untuk alasan yang hanya dia tahu: biar mantan yang ninggalin dulu nyesel. Dia percaya bahwa tubuh lean dan otot terdefinisi lebih berharga daripada chat mantan yang sekadar berbunyi "Gimana kabarnya?" Tapi di hari Valentine ini, gym pun tak bisa menyelamatkannya.
Begitu masuk, Muis langsung disambut pemandangan yang bikin mual: pasangan gym crush yang saling spotting angkat beban sambil ketawa-ketawa mesra. Ada juga cowok-cowok yang biasanya latihan sendiri, tapi entah kenapa hari ini bawa pacar, pakai baju couple bertuliskan Beast & Beauty in the Gym. Bahkan ada satu pasangan yang, bukannya olahraga, malah sibuk foto-foto dengan caption "Couple that sweats together, stays together."
Muis menghela napas panjang. Hari ini bukan harinya.
Dia langsung keluar dan memutuskan untuk menikmati Valentine dengan cara yang sederhana: makan enak dan beli cokelat untuk diri sendiri. Self-love, bro, pikirnya, menenangkan diri.
Tapi sejak awal, semesta sudah berkonspirasi melawan para jomlo.
Di minimarket tempatnya membeli cokelat, antreannya cukup panjang. Saat sampai di kasir, mbak kasir yang ramah tersenyum manis dan berkata, "Kak, ini promo Valentine! Beli satu gratis satu untuk pasangan. Bisa panggil pasangannya?"
Muis menatap cokelat di tangannya. Sejenak, dia mempertimbangkan untuk pura-pura nelpon orang tak ada. "Sayang, masuk, kita dapat promo." Tapi itu terlalu menyedihkan, bahkan untuk standar kejomloannya. Dengan pasrah, dia membayar harga penuh dan keluar minimarket dengan hati sedikit patah.
Saat sedang berjalan pulang, tiba-tiba seseorang berjalan terburu-buru dan menjatuhkan dompetnya. Dengan refleks, Muis mengambil dompet itu dan berlari mengejar pemiliknya.
"Dewi?"