Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Penulis Biasa

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Panen Raya dan Catatan Fluktuasi Harga Gabah Petani

26 Maret 2014   23:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:25 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Kompasiana (KOMPAS/IWAN SETIYAWAN)

Panen Raya dan Catatan Fluktuasi Harga Gabah Petani

[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Kompasiana (KOMPAS/IWAN SETIYAWAN)"][/caption] Dan alhamdulillah, ucapan syukur yang selalu diucapkan para petani tatkala jerih payahnya selama tiga bulan berbuah hasil. Hasil yang ditunggu-tunggu atas kerja keras demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan yang tentu saja tak dapat ditunda kewajibannya.

Hamparan padi yang telah menguning dan deru mesin tleser rakitan sendiri turut menghiasi senyum sumringah petani yang kini tinggal memetik buah kesabaran tatkala selama masa tanam harus bergumul dengan masalah hama yang menghantui tanaman padi mereka. Bahkan hampir setiap masa tanam mereka selalu berjuang bertahan dari serangan hama. Hingga ada di antara mereka yang harus gagal panen karena serangan yang bertubi-tubi. Tak hanya hama tikus, walang sangit dan serangga lain turut menghiasi hamparan tanaman  satu-satunya sebagai penopang hidup mereka.

Tapi jangan sebut mereka sebagai petani, jika segala macam risiko pekerjaan tak mampu mereka hadapi dengan ketekunan dan kesabaran. Karena meskipun hama berjibun mengerubuti  tanaman mereka, toh bagi para petani ini pantang 'tuk berputus asa apalagi berpangku tangan menerima keadaan.

Meskipun akibat dari serangan hama tersebut, tatkala masa panen saat sekarang, jika dihitung-hitung justru hanya dapat  mengembalikan modal mereka.  Dalam bahasa mereka disebut "balek modal". Tenaga dan waktu tak lagi dihitung karena hasil panen mereka hanya cukup menutup tunggakan kelompok tani dan toko obat-obatan yang telah dihutang dahulu tatkala mereka mulai menanam padi.

Di sisi lain dari perihnya perjuangan petani adalah tatkala hasil panen sudah ditangan ternyata ketika dijual pun harganya selalu murah. Berbeda sekali tatkala mereka tak memiliki segantang pun gabah, harga di pabrik dan agen justru naik setinggi langit. Maka wajar saja mereka sulit sekali meningkatkan taraf hidup mereka.

Contoh kecil tatkala musim kemarau dan petani dalam masa tanam, harga gabah basah di tangan tengkulak bisa mencapai Rp 5.000 dan harga gabah kering giling bisa mencapai Rp 6.500 sedangkan saat panen seperti saat ini, harga gabah mereka turun menjadi Rp 3.200 bahkan hanya bisa sampai Rp 3.500 dan gabah kering giling mencapai Rp 4.200 s.d Rp 4.500. Sangat murah sekali.

Meskipun harga tersebut tidak dapat memberikan keuntungan bagi kerja keras mereka, namun karena hasil panen itulah satu-satunya, maka mau tidak mau rasa syukur itulah yang mendorong mereka untuk tetap bersemangat mengelola tanah pertanian mereka.

Maka tak jarang karena harga hasil panen yang tak sebanding dengan pengeluaran modal, maka yang terjadi setiap tahun hutang pun bertambah alias minus. Gali lobang tutup lobang adalah kata yang pantas buat para pejuang pangan ini.

Namun anehnya adalah, tatkala harga petani tatkala panen cukup murah tapi ternyata beras impor masih saja menghiasi kantung-kantung toko sembako. Beras impor yang juga selalu menuai cibiran dari para petani karena dampak dari impor beras ini merusak nilai jual padi dan beras mereka. Para petani sendiri menjual dengan harga yang tak pantas, tapi beras-beras asing justru masuk tanpa dibatasi. Dampaknya semakin beras impor bebas masuk ke dalam negeri, maka tidak ada harapan lagi harga gabah petani akan terdongkrak naik. Justru akan semakin tergilas beras-beras impor yang juga menjadi penyebab rusaknya harga di tingkat petani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun