Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Penulis Biasa

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Teroris Berjihad dengan Kekerasan, Kami Berjihad dengan Tauladan

19 Januari 2016   15:57 Diperbarui: 21 Januari 2016   07:12 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sungguh tak elok sebenarnya kalau kita terlalu lama dalam ketakutan dan kekhawatiran akan keamanan di negeri subur makmur loh jinawi ini. Karena setahuku dimana bumi dipijak di belahan bumi ini, maka kedamaian "mesti" berlabuh di dalam hati para penghuninya.

Itulah keindahan Indonesiaku yang dibilang tanah surga. Negeri yang selalu indah untuk ditempati lantaran kekayaan yang dimiliki dan keramahan para penghuninya. Maka sepatutnyalah kita kembalikan bumi pertiwi ini seperti semula. Negeri yang nyaman untuk ditinggali bersama-sama anak negeri, tanpa rasa takut akan teror dan intimidasi. Semua menjadi berhukum "wajib" bagi siapa saja yang bertanah air di sini. Demi Indonesia yang loh jinawi, toto tentrem kerto raharjo.

Semangat inilah yang semestinya kita pupuk pada diri sendiri dan para generasi muda saat ini. setelah serentetan kekacauan dan keonaran yang dilakukan para pelaku teror, semestinya semua harus dilawan dengan segenap jiwa raga. Bahwa "engkau berjihad yang katanya melawan negeri kafir" maka kamipun akan berjihad melawan jihad sesat dan sesat pikir mu" wahai teroris.

Teroris bukanlah mewakili agamaku dan agamamu, bukan Islam, Kristen, Budha, Hindu, Konghucu dan lain sebagainya, karena semuanya mengajarkan kesalehan bagi pemeluknya. Pun agama Islam adalah agama kesejukan dan kedamaian, seperti apa yang Nabi tauladankan kepada pengikutnya, Khoirunnasi an fauhum linnasi "sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya" Menjadi pribadi yang bermanfaat kepada semua umat dengan kebajikan yang ditebarkan, dan bukan malah sebaliknya, mengajarkan kami arti kebencian dan permusuhan, padahal ajaran itu adalah bentuk penyesatan akan pribadi-pribadi mukmin yang dirahmati Allah. 

Apalagi Allah menegaskan laa ikrahaa fiddiin (tiada paksaan dalam agama), Nabi Muhammad SAW hanya diperintahkan untuk berdakwah, mengajak, memberi teladan, toh seandainya umat lain tak menerima ajakannya, maka tidaklah ada paksaan untuk mereka. Lanaa a'maluna wa lakum a'malukum. (bagi kami amalan kami, dan bagi kalian amalan kalian). Terserah apa yang akan kalian perbuat, karena Nabi hanya menyebarkan missi suci, mengajak kepada kebaikan di dunia yang fana dan di alam keabadian kelak.

Sedangkan para teroris yang mengatas namakan Pejuang Tuhan, adalah sekelompok orang yang telah mengandung rasa sakit di dada dan jiwa, mereka kehilangan sikap positif terkait orang-orang yang dianggap berbeda, maka sepatutnya para pelaku teror atas nama jihad sesat itu, mulai detik ini harus kita lawan. Aparat keamanan melawan dengan senjata, sedangkan kita selaku masyarakat biasa, melawannya dengan teladan dan pelajaran tentang makna budi pekerti dan cinta kasih. Jangan kau turuti nafsu iblis mereka itu dengan menghakimi yang tak sepaham dengan keyakinan yang lain, apalagi dengan menghabisi orang-orang yang tak berdosa.

Manusia yang waras akalnya akan marah, bahkan seandainya malaikat bisa menunjukkan wujudnya, boleh jadi ia akan mengutuk para teroris itu lantaran merendahkan nama Tuhan. Allah subhanahu wata'ala engkau perjual belikan demi ambisi keliru dan salah sasaran. Apa guna semua itu, jika nantinya akan mati sia-sia. Bukannya mati syahid justru mati sangit, gosong dan berbau busuk lantaran kekejianmu pada orang lain.

Mari kita lawan, tindakan biadab itu dengan keteladanan, mengajarkan anak-anak muda akan hakekat Islam yang sebenarnya. Jangan biarkan misi sesat mereka memasuki rongga dada dan fikiran para anak bangsa. Islam bukan untuk menyiksa, tapi untuk dipahami dan diikuti tanpa harus menyakiti, apalagi menghabisi.

Salam Damai

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun