Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Penulis Biasa

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Karena Sibuk Bekerja, Anak Jadi Korban, Pelajaran untuk tidak Mengabaikan Anak

25 Januari 2015   15:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:25 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Anak bermain memang diperlukan demi perkembangan kognisi (intelegensi) fisik dan psikis anak. Karena dengan bermain tersebut anak akan bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya dan lingkungan sekitar. Secara tidak langsung pengalaman yang diperoleh anak berdampak positif terhadap perkembangannya.

Proses interaksi antar individu tersebut turut membantu meningkatkan sensorik dan motorik anak agar berkembang lebih optimal. Apalagi permainan anak lebih banyak dilakukan di luar rumah bersama lingkungannya, tentu pergerakan tubuh semakin banyak. Dampaknya semakin banyak gerak yang dilakukan yang akan membantu anak menemukan pengalaman-pengalaman baru yang bermanfaat bagi kehidupannya.

Menurut Salli Mc Gregor dari Institut of Child Health di University College, London bahwa "kami telah melaksanakan program kegiatan bermain untuk anak-anak kekurangan gizi di Bangladesh dan kegiatan tersebut terbukti meningkatkan intelegensi mereka sampai sembilan poin, hanya melalui kegiatan bermain".

Pernyataan di atas tentu saja memberikan pijakan jelas kepada kita bahwa dengan permainan yang baik, terarah dan aman tentu saja berdampak signifikan terhadap kemampuan intelegensi anak. Tak hanya membangun intelegensi, karena perkembangan kemampuan motorik (gerak) akan berjalan secara dinamis menurut perkembangan fisik secara normal.

Sehingga seyogyanya para orang tua lebih banyak memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan beraneka permainan yang meningkatkan perkembangan kognisi, motorik serta psikis anak dengan melibatkannya dengan anak-anak sebayanya tentu akan berdampak signifikan terhadap kualitas hidup anak di masa depannya.

Meskipun anak dituntut banyak bermain dan belajar baik di bangku sekolah maupun bersama teman-temannya di alam sekitar, tentu orang tua hendaknya tidak abai atau lalai terhadap keamanan dan keselamatan anak-anaknya. Jika orang tua tengah sibuk bekerja, semestinya mereka tetap mengontrol dan mengawasi permainan anak-anaknya. Namun seandainya orang tua tidak memiliki cukup waktu untuk melakukannya, tentu alternatif lain adalah melibatkan orang lain yang dapat dipercaya menjaga anak-anaknya.

Jika dimungkinkan anaknya sudah ada yang lebih dewasa, tentu dipastikan bahwa anak tidak sembrono dan juga lalai menerima kepercayaan dari orang tuanya dengan diberikan pengarahan dan bimbingan yang baik bagaimana menjaga sang adik tatkala orang tua bekerja.

Orang tua memiliki banyak kebutuhan yang semestinya dipenuhi, sehingga orang tua harus mencari penghasilan. Baik sang ayah maupun ibu, keduanya memiliki kewajiban yang sama. Tapi kewajiban tersebut jangan pula mengabaikan keselamatan anak-anaknya.

Sebagaimana baru-baru ini penulis alami sepekan yang lalu, Sabtu, 17 Januari 2014. Saya mendapati seorang anak tetangga (Linda, 5 tahun) mengalami kecelakaan tatkala tengah bermain dengan temannya. Anak tersebut bermain sendiri dengan teman-temannya tanpa pengawasan orang tua dan kakaknya. Saat itu kedua orang tuanya tengah bekerja di sawah, dan kakak yang dipercayakan menjaga sang adik justru meninggalkannya dan asyik bermain sendiri tanpa mematuhi perintah agar tatkala keduanya bekerja kakaknya harus menjaga adiknya di rumah.

Pada awalnya sang adik ini masih bersama kakaknya berdua. Berselang sekitar 30 menit si adik ternyata sudah ditinggalkan pergi oleh sang kakak entah kemana. Tak dapat diduga, setelah sang kakak pergi ternyata adik yang semula bermain sepeda kecil tersebut tergelincir diparit sedalam 40 cm. Kepala adiknya membentur semen cukup keras. Dan akibatnya sangat fatal, kepala adik bocor, kepala harus dijahit tiga jahitan. Darah mengalir cukup deras.

Saya selaku tetangga yang awalnya memperhatikan permainan anak. Karena kebetulan pula saya ngemong anak saya kedua bermain sepeda yang sama sedangkan saya sambil menyapu di halaman. Ternyata sekejab luput dari pengawasan saya karena saya harus masuk ke rumah lantaran akan mengambil sesuatu. Tiba-tiba kecelakaan pada anak tetangga benar-benar terjadi. Si korban berteriak cukup keras karena kesakitan. Sedangkan anak saya yang mulanya bermain dengan sang anak ini berteriak memanggil saya "Pak...linda jatuh!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun